Wednesday 8 August 2012



I’ll become a flowerpot that sits on your small windowsill
Though I can’t speak or want anything at all
I’ll be able to see you smile and feel your touch once a while
And I’ll be the one gazing at your face as you sleep


Hai, kamu.


Apa kabar pagi? Pagiku menyenangkan. Ku harap pagimu juga menyenangkan. Ah tentu saja, bahkan aku sudah melihatmu tersenyum sejak baru saja datang tadi. Meski aku tak tahu apa yang membuatmu tersenyum begitu cerahnya di pagi yang lumayan dingin ini. Ah iya, aku memperhatikanmu, tentu saja. Seperti biasanya, setiap hari, sepanjang hari.

Seperti yang ku katakan tadi, pagiku menyenangkan sampai aku mendengar satu lagu menyedihkan yang diputar olehnya. Dia, orang yang duduk di sebelah partisimu. Ah kamu pasti tak memperhatikannya. Sedang aku? Aku punya waktu sepanjang hari untuk memperhatikan siapa saja yang ingin ku perhatikan. Dan pagi ini sebenarnya aku sedang sibuk memperhatikan orang-orang yang kembali datang ke tempat ini, tempat mencari penyambung hidup bagi beberapa orang. Beberapa orang lainnya ku perhatikan hanya mencari kegiatan untuk membunuh waktu saja.

Lalu kemudian kamu datang dengan senyum matahari pagimu itu. Kamu selalu begitu ceria dan bersemangat, mungkin karena kamu kelebihan dosis vitamin atau bagaimana? Hehe. Aku hanya bercanda. Hanya saja melihatmu setiap hari selalu seperti itu semakin membuatku memujamu. Dan asal kamu tahu saja, bukan hanya aku yang memuja-mujamu tapi ada seseorang yang bahkan diam-diam mencintaimu selama ini.

Well yah, dia yang duduk di partisi sebelahmu. Tentu saja kamu tak akan pernah sadar dengan perasaannya. Karena dia bahkan tak pernah berusaha untuk menyatakannya padamu. Bahkan untuk mengajakmu bicara saja dia tak pernah berani. Entah apa yang membuatnya begitu takut. Padahal dia selalu bercerita padaku kalau dia begitu menyukaimu dan segala macam itu. Itu dilakukannya setiap sore bila kamu sudah pulang. Bercerita padaku maksudnya, kalau soal menyukaimu dan segala macam itu dia lakukan setiap detiknya.

Sepertinya dia terlalu terbawa oleh lagu yang pagi ini diputar ulang entah untuk keberapa ribu kali olehnya. Apa kamu tahu? Lagu itu bercerita tentang seseorang yang bermimpi untuk bisa menjadi sebuah pot bunga di jendela orang yang dia cintai. Alasannya karena dia ingin bisa terus melihat senyum orang itu setiap hari. Meski dengan begitu dia jadi tak bisa berbicara atau melakukan apapun untuk menunjukkan perasaan pada orang itu. Baginya cukup untuk bisa melihat wajah orang itu tiap malam sebelum tidur, bisa merasakan sentuhannya setiap kali orang itu terbangun di pagi hari.

Ya, dia betul-betul ingin menjadi sebuah pot bunga. Sebuah pot bunga yang diam saja di jendelamu, berharap kamu melihatnya sesekali di sela waktu sibukmu itu. Aku tahu karena dia sendiri yang mengatakannya padaku pada hari pertama aku bertemu dengannya. Ku kira awalnya dia hanya bercanda. tapi lama kelamaan ku rasa dia benar-benar berkhayal begitu dari kesenangannya memutar lagu yang itu-itu juga. Padahal menurutku mudah sekali untuk mengatakan perasaannya padamu. Kamu kan hanya duduk di partisi sebelahnya? Hanya berjarak satu meter darinya? Aneh sekali.

Coba saja lihat sekarang, dia sedang diam-diam memperhatikanmu yang masih sibuk menyapa orang-orang di sana sini. Ku harap kamu sempatkan sedikit waktumu untuk menyapanya juga. Bukan aku mau mengatur-aturmu atau apa, tapi ada baiknya kamu memberinya sedikit perhatian untuk membuatnya bisa tersenyum juga sepertimu pagi ini. Ah, aku kasihan padanya sebenarnya.

Tapi lihat, bahkan ketika kamu sudah menyapanya pun dia hanya bisa diam mematung. Kenapa dia tak menyapamu balik? Sesulit itukah? Ku rasa dia sungguh-sungguh menghayati khayalannya untuk menjadi pot bunga. Tidakkah dia tahu bahwa kamu tak punya pot bunga di jendela kamarmu bahkan di seluruh sudut rumahmu? Tidakkah dia tahu bahwa kamu bahkan tak suka bunga atau tanam-tanaman apapun. Alasannya praktis, kamu tak punya cukup waktu untuk merawat mereka. Waktumu yang 24 jam sehari itu sudah kamu habiskan untuk kegiatan lain yang menurutmu jauh lebih penting ketimbang merawat bunga atau tanam-tanaman.

Dan tidakkah dia tahu bahwa meskipun kemudian khayalannya itu terwujud kamu bahkan hanya akan meletakkannya di jendela ruangan kantor yang digunakan bersama ini? Bahwa bahkan dia sama sekali tak akan pernah mampir di rumahmu untuk satu malam saja? Apalagi bermimpi bisa melihat senyummu sebelum tidur. Aku kasihan padanya. Sangat kasihan malah.

Seandainya aku bisa menjadi dirinya, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa bicara padamu, mengatakan segala yang ingin kukatakan, segala yang mungkin hanya akan tersimpan selamanya dalam diriku. Aku yang juga memujamu sejak mula-mula tahu persis rasanya ditolak begitu saja olehmu. Padahal aku begitu bahagia di hari pertama berjumpa denganmu.

Namun yang terjadi adalah kamu langsung meletakkanku begitu saja di sini. Yah, seandainya dia tahu bahwa menjadi pot bunga sama sekali tak menyenangkan. Aku bisa jamin dia akan menyesal, aku tahu rasanya. Seperti rasa yang ku rasakan beberapa bulan lalu, hari pertama itu, hari aku dijadikan sebagai kado ulang tahunmu yang ternyata sama sekali tidak kamu harapkan.

Salahnya, bukan salahku, dia yang membeliku, mengelilingi tubuhku dengan pita warna-warni, untuk kemudian diberikan padamu hari itu. Dikiranya aku akan bisa mewakili dirinya ada di salah satu sudut jendela kamarmu. Yah, dia kurang beruntung, salah perkiraan.

Pada akhirnya aku hanya terduduk di sini, di salah satu sudut jendela ruang kantormu ini.

Dan dia, masih berani-beraninya berkhayal untuk menjadi pot bunga. Manusia malang.

Omong-omong, selamat pagi, kamu.