Wednesday 18 January 2012

Mencintaimu, Sekali Lagi.

Halo, kamu.

Ah, begini, mungkin kamu akan bertanya-tanya mengapa tetiba aku menulisimu surat. Awalnya karena semalam aku tidak sengaja menemukan suatu ajang yang diberi judul 30harimenulissuratcinta yang sedang berlangsung di salah satu jejaring sosial. Yah sebenarnya aku biasa saja sih mengingat sekarang aku sudah hampir tak pernah lagi menulis (iya, aku rindu menulis, menulis dengan penuh semangat seperti dulu). Tapi kemudian seorang teman mengajakku untuk ikut meramaikan ajang ini. Yah, itung-itung mencoba menemukan kembali kegairahan yang dulu selalu kurasakan. Hoho.

Nah, oke, aku sudah memutuskan untuk ikut, tapi lalu kemudian, kepada siapa aku harus menulis surat cinta? Kemudian berbagai nama bermunculan, dari yang paling dekat denganku sampai kepada benda-benda bahkan aku sempat berpikir untuk menulis surat cinta untuk diriku sendiri. Tapi kok rasanya aku sedang tak ingin menulisi diriku sendiri, karena tanpa kutulisi pun aku sudah tahu apa yang aku rasakan. 

Kemudian kamu muncul tanpa ku minta (well, mengingat memang kamu akhir-akhir ini selalu datang sepanjang hari tanpa bisa dicegah). Dan eh, jujur, aku jadi tetiba teringat masa-masa mesra kita dahulu. Masa-masa aku begitu mengagumimu. Masa-masa aku begitu suka memperhatikanmu. Masa-masa kita sering berbincang seperti sepasang sahabat yang saling mengerti, saat aku selalu menceritakan segalanya padamu, dan meski kamu tak pernah memberiku solusi, kamu selalu mampu menyejukkanku dengan merdunya nyanyianmu. Ya, masa-masa itu.

Karena itu lah aku menulisimu surat ini. Semoga kamu tidak marah padaku karena sudah begitu lama tak lagi menemuimu, berbincang padamu, bahkan saat kamu selalu hadir tanpa diminta. Semoga kamu masih akan selalu bersedia menyanyikan lagu merdumu untukku, meski belakangan ini aku mengabaikan nyanyianmu. Oh, betapa ternyata aku rindu bermesraan denganmu seperti dulu. Apa kamu juga merindukanku?

Ya, aku begitu merindukanmu. Ingatkah kamu saat orang-orang menganggapku aneh karena tiap kali kamu datang, aku akan tergesa-gesa keluar untuk menjumpaimu, mendengarmu bernyanyi, lalu kemudian mulai berceloteh apa saja yang bisa ku celotehkan. Ah, orang-orang ini hanya tak mengerti apa yang ku rasakan saat bersamamu. Tapi bagaimana mungkin mereka tak merasakan keindahanmu? Padahal kamu begitu menakjubkan bahkan tanpa perlu membuktikannya pada siapa-siapa.

Belum lagi hadiah yang terkadang kamu berikan selepas kunjunganmu itu. Oh, hanya saja orang-orang memang lebih menyukai hadiahmu padahal sebelumnya bersungut-sungut memakimu yang tetiba datang dan mengganggu acara mereka. Yah, terkadang aku juga hampir memakimu manakala kamu datang tak tepat waktu, tapi kemudian aku mengingat bagaimana kamu mampu memberiku kenyamanan, jadi aku akan lebih tenang dan melupakan kemarahanku. Tuhan bahkan begitu baik karena selalu mengirimkanmu kepadaku. For a thousand times.

Dan kini aku malah melupakanmu, sibuk dengan segala kegiatanku dan tak menghiraukanmu. Tak lagi seperti dulu. Apakah kamu masih terus mengirimkan rinduku untuknya? Rindu yang selalu ku titipkan padamu tiap kali kita berjumpa. Rindu yang ku harap bisa kamu sampaikan padanya. Tapi malam ini, biarlah hanya ada aku dan kamu saja, hanya kita berdua. Biar rinduku kali ini hanya ku ronce untukmu saja. Meski roncean rindu ini pun masih tak cukup untuk membalas ribuan rintik cinta yang kamu berikan untukku. Tapi ku harap kamu mau menerimanya.

Jadi sekarang biarkan aku mengatakan ini padamu. Izinkan aku sekali lagi untuk kembali mencintaimu seperti dulu. Ya, aku jadi ingin sekali berdansa lagi denganmu malam ini. Tapi well, aku cukup sadar untuk tidak dikira gila oleh orang-orang yang mungkin tetiba melihatku mandi hujan malam-malam. Jadi, cukuplah surat ini yang ku tulis untukmu. Dan maukah kamu menyelimutiku dengan kesejukanmu dalam mimpi indah malam ini? Aku tahu, kamu tak perlu menjawab.

Kepada kamu -ribuan rintik cinta yang menjelma dalam tetes-tetes air dengan lagu paling merdu- surat ini ku tuliskan.

Nah. Sudah. Selamat malam, kamu.  :)

No comments:

Post a Comment

Makasi udah baca ocehanku ini, apalagi kalau mau ninggalin komen, hehe.. ^^