Wednesday 28 April 2010

Drama Satu Babak




"Jangan pernah katakan 'selamanya'. Karena mungkin 'selamanya' itu terlalu lama." Kataku tegas.

"Hei,, ayolah, jangan kelewat sinis begitu." Rayumu yang bahkan kamu tau sama sekali tak bisa mengenaiku.

"Loh? Aku gak sinis. Aku hanya gak suka dengan pengumbaran janji seperti itu."

"Yaa aku khan juga hanya ingin meyakinkanmu kalau aku bisa melakukannya untukmu, selalu, selamanya, seumur hidupku."
"Nah, kamu yang berlebihan. Dan aku gak suka."

"Kenapa sih? Apa yang berlebihan?"

"Ya kata-katamu. Kamu tau? Kamu gak perlu berjanji seperti itu, atau meyakinkan aku dengan berkata seperti itu. Atau apapun lah. Karena buatku it doesn't make a sense, ok?" Aku mengatakannya dengan setengah berteriak yang kemudian membuat diriku kaget sendiri. Alih-alih memelototimu, aku malah beranjak ke arah jendela, mencoba melihat pemandangan di luar, mungkin ada yang bisa dijadikan pelarian kekesalanku.

"Aku capek." Kali ini kamu mengatakannya sambil menjatuhkan tubuhmu di atas sofa empuk kesukaanku, singgasanaku, huh.

"Capek? Maksudmu?"

"Kamu selalu sinis. Selalu."

"Aku gak sinis. Please, mengertilah. Jangan membuat janji yang kamu gak tau kamu bisa menepatinya atau enggak. That's it."

"Kamu hanya gak pernah mau mendengarku." Sekarang kamu mulai menyalakan televisi, mencoba mencari channel yang menarik.

"Hei, I'm listen to you, okay?" Kataku tak terima. Aku sudah tak lagi memperhatikan pemandangan di luar. Jakarta kelewat panas siang ini, sepertinya matahari sedang menunjukkan senyumnya yang paling sumringah. Padahal Januari baru saja memasuki minggu terakhirnya. Bukannya seharusnya masih musim hujan? Hah, sekarang ini khan gak ada namanya musim hujan, musim kemarau. Pemanasan global sepertinya sudah membuat musim di Indonesia jadi kacau. Mungkin juga bukan hanya musimnya yang jadi kacau, tapi juga orang-orangnya.

"Yeah. You're hear, but you're not listen. So, you can't understand it." Kamu mengatakannya tanpa melihat ke arahku. Oke, jadi kalau polanya sudah seperti ini aku jadi malas untuk meneruskan debat kusir kita yang tak pernah berkesudahan itu, sama seperti debat kusir kita yang lainnya.

"Aku menyimakmu, gak cuma mendengarkanmu, okay?? Dan bagian mana yang aku gak paham?"

"Bagian kalau aku sungguh-sungguh bisa ngelakuin hal itu buat kamu, selamanya."

"Berhenti mengatakan 'selamanya' atau aku akan pergi dari sini." Ancamku, yang sepertinya tak berhasil karena suaraku bergetar ketika mengucapkannya.

"Kenapa sih kamu anti banget dengan 'selamanya'??" Eh, wow, sekarang kamu melihatku. Bagus. Jadi debat ini mau kau teruskan rupanya?

"Karena kamu gak tau khan seberapa lama 'selamanya' itu?? Apa yang bisa jamin kamu sungguhan bisa ngelakuin itu 'selamanya'? Heh?"

"Selamanya ya buatku seumur hidupku, selama itu lah."

"Itu kata-katamu sedetik barusan kan?"

"Iya. Lalu?"

"Yah siapa yang tau khan detik berikutnya kamu berubah pikiran."

"Tuh khan. Kamu ini udah sinis, gak mau denger orang lain, berpikiran negatif, dan juga..."

"Trus kenapa kamu masih ada disini, heh,Mr. Perfect?? Atau masih ada lagi julukan penghargaan untukku? Hah?" Potongku tak sabar.

"Aku hanya terlalu mencintaimu."

"Aku tau..." Lirihku. Pertahananku runtuh. Aku mulai menangis. Menangis dalam diam yang aku amat tau juga selalu menyakitimu tiap kali.

"Ku mohon, jangan lagi... Berhentilah..." Rajukmu padaku yang kini sudah terduduk di sebelah jendela besar kamar kita.

"Aku hanya minta satu hal, kamu percaya padaku. Aku bisa melakukan ini buat kamu. Percayalah... Jamnya udah hampir kelewat." Lagi-lagi kamu mengatakannya, yang hanya membuatku semakin sakit.


Dan kamu mengangkatku ke atas ranjang, membaringkanku disana, kemudian menyelimutiku. Gerakan selanjutnya adalah kamu mengambilnya, berusaha memasukkannya ke dalam mulutku, memaksaku untuk menelannya.


"Sekali ini, bisakah aku tak meminumnya sekali ini saja?"

"Kamu harus, sayangku... Ku mohon.. Gak akan sakit.."

"Aku hanya ingin kamu memelukku, tetap disini, aku tak butuh ini semua... aku..."


Aku belum sempat menyelesaikan kalimatku, yang ada hanya gelap......


***
Well, menurut saya pribadi, saya gak suka kalau pengucapan kata "selamanya" itu bisa semudah itu diucapkan. Karena mungkin saja "selamanya" itu terlalu lama.


Untuk gambar saya ambil dari sini

4 comments:

  1. dikasih nelen ap tuh kok jadi gelap?? hehe

    ReplyDelete
  2. ngahahaha9
    aku ngakak sungguhan deh, mbak, baca komennya mbak...
    kagak tauk dah itu disuruh nelen apaan yak? hehe...

    ReplyDelete
  3. wah berpelukan pas gelap2an brarti heheh.... tuh gelap mati lampu ato gelap mati y ( mikir sampai ketiduran )

    ReplyDelete
  4. wah ini juga,
    aku jadi ngakak beneran deh bacain komen2nya, hihi...

    ReplyDelete

Makasi udah baca ocehanku ini, apalagi kalau mau ninggalin komen, hehe.. ^^