Lagi-lagi malam ini aku memikirkanmu.
Kamu yang seharusnya segera ku enyahkan dari seluruh memori fileku.
Aku mengingat-ingat lagi apa yang telah terjadi, percakapan kita, semua percakapan kita, lewat sms, telpon, chat, atau message.
Ahh,, kenapa hanya itu saja? Yah,, kita memang gak akan bisa lagi bercakap-cakap secara langsung. Membayangkannya saja aku tak berani.
Setelah ku ingat-ingat,, aku jadi tambah yakin bahwa yang terbaik untuk kita adalah tetap terpisah jauh, bukan hanya dalam artian harfiah, karena secara harfiah kita memang jauh. Seharusnya memang seperti sekarang ini, saat aku memutuskan untuk meminta kepadamu [sekali lagi] untuk tak lagi menghubungiku, untuk stay away dariku.
Maafkan aku yang menjadi egois.
Nyatanya, gak ada cinta yang membebaskan.
Cinta cenderung ingin memiliki.
Jadi saat aku gak mampu, gak bisa, gagal untuk memiliki seseorang yang ku cinta rasanya bakal sakit.
Maafkan aku yang jadi egois.
Maafkan aku yang tak pedulikan hatimu.
Maafkan aku yang tak mau tahu bagaimana rasamu.
Itu semua hanya karena aku tak ingin hatiku patah berkeping-keping sekali lagi.
Aku hanya gak mau aku merasakan sakit itu lagi.
Maafkan aku yang jadi egois.
Pergilah, jauh dariku.
Kau yang punya segalanya.
Kau punya dia, dia yang mampu mencintaimu sebesar itu.
Dan bahkan aku gak akan pernah sanggup mencintaimu sedikit saja menyamai cintanya padamu.
Maafkan aku yang jadi egois.
Aku hanya gak bisa jadi siapa-siapamu.
Tak sodara, bukan pula sahabat.
Bahkan untuk jadi temanmu saja aku tak mampu.
I just cant be your whatever.
Kamu tahu kan sekarang betapa egoisnya aku yang bahkan tak mempedulikan perasaanmu apalagi memperjuangkanmu.