Monday, 30 November 2009

[aku yang egois]

Lagi-lagi malam ini aku memikirkanmu.

Kamu yang seharusnya segera ku enyahkan dari seluruh memori fileku.

Aku mengingat-ingat lagi apa yang telah terjadi, percakapan kita, semua percakapan kita, lewat sms, telpon, chat, atau message.

Ahh,, kenapa hanya itu saja? Yah,, kita memang gak akan bisa lagi bercakap-cakap secara langsung. Membayangkannya saja aku tak berani.

Setelah ku ingat-ingat,, aku jadi tambah yakin bahwa yang terbaik untuk kita adalah tetap terpisah jauh, bukan hanya dalam artian harfiah, karena secara harfiah kita memang jauh. Seharusnya memang seperti sekarang ini, saat aku memutuskan untuk meminta kepadamu [sekali lagi] untuk tak lagi menghubungiku, untuk stay away dariku.


Maafkan aku yang menjadi egois.

Nyatanya, gak ada cinta yang membebaskan.

Cinta cenderung ingin memiliki.

Jadi saat aku gak mampu, gak bisa, gagal untuk memiliki seseorang yang ku cinta rasanya bakal sakit.


Maafkan aku yang jadi egois.

Maafkan aku yang tak pedulikan hatimu.

Maafkan aku yang tak mau tahu bagaimana rasamu.

Itu semua hanya karena aku tak ingin hatiku patah berkeping-keping sekali lagi.

Aku hanya gak mau aku merasakan sakit itu lagi.


Maafkan aku yang jadi egois.

Pergilah, jauh dariku.

Kau yang punya segalanya.

Kau punya dia, dia yang mampu mencintaimu sebesar itu.

Dan bahkan aku gak akan pernah sanggup mencintaimu sedikit saja menyamai cintanya padamu.


Maafkan aku yang jadi egois.

Aku hanya gak bisa jadi siapa-siapamu.

Tak sodara, bukan pula sahabat.

Bahkan untuk jadi temanmu saja aku tak mampu.

I just cant be your whatever.


Kamu tahu kan sekarang betapa egoisnya aku yang bahkan tak mempedulikan perasaanmu apalagi memperjuangkanmu.

Tuesday, 24 November 2009

[Lucky]

"This is a story bout a girl named Lucky..."

[Cerita ini hanya fiksi, bila ada kemiripan tokoh, cerita, atau apapun, hanyalah kebetulan yang tak disengaja.]

-Lucky-
begitulah nama yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Lucky, seorang gadis biasa dengan kehidupan normal yang biasa, gadis yang kadang jatuh hati dan juga patah hati, gadis yang kadang naif dan kadang bisa amat logis.

Setahun lalu, 15 Aug 2008, Jum'at pagi, Lucky terpaksa harus menerima keputusan sepihak dari seseorang yang dia pikir dia amat mengenalnya, yang dia pikir dia menyayanginya begitupun sebaliknya.

Tapi Jum'at pagi itu, semua jadi lenyap begitu aja.

Karna seseorang bernama Bintang.
Awan meninggalkan Lucky demi bersama Bintang yang baru saja dikenalnya.
Tak ada penjelasan, tak ada pembahasan mengenai hasil akhir, tak ada kesempatan mengajukan keberatan, apalagi banding.
[oh yeah, kan bukan lagi di pengadilan pajak juga gitu]

That's it.
Awan bersama Bintang.
Lucky sendiri.
Kelihatannya mereka pun bahagia.

Waktu berlalu.

Disuatu kesempatan, Lucky mengenal seseorang bernama Langit.
Orang yang sebenarnya sudah dia kenal sejak tahun pertama kuliah.
Lucky dan Langit berteman.
Pertemanan yang manis.
Pertemanan yang wajar.
[pada awalnya]

Tapi kemudian Lucky merasakan sesuatu yang berbeda.
Langit baik dan hangat [atau Lucky yang terlalu mudah jatuh hati?].

It's so funny that she's fallin to -the Sky- not to the earth..

Lucky menyukai Langit lebih dari teman.
Tapi Lucky tahu, Langit sudah memiliki seseorang yang di kemudian hari Lucky tahu kalau seseorang itu bernama Bintang.
Kebetulan atau bukan, Bintang, orang yang berbeda dengan nama yang sama.


Dan, hari itu, 15 Aug 2009, Lucky kembali terpaksa harus melupakan semua rasa yang ada.
Sejak awal memang Langit bersama Bintang.
Tak terkecuali hari itu atau esok.

Hari itu Lucky hanya sempat berbicara sebentar saja dengan Langit.
Menutupi semua rasa yang ingin meledak, Lucky meyakinkan Langit bahwa mereka akan tetap berteman.
Bahwa Lucky baik2 saja.

Awan dan Bintang memang dekat, sama2 diatas sana.
Langit dan Bintang pun dekat, sama2 diatas sana.
Sedang Lucky hanyalah gadis biasa yang hidup di bumi.

Tak peduli Lucky jadi orang pertama atau orang ketiga, selalu Lucky yang patah hati.

Dan entah mengapa, harus di tanggal 15 Aug?
Entah mengapa, harus seseorang bernama Bintang?

Yap,,
Lucky memang sendiri.
Tapi Lucky masih punya ayah dan ibu, Matahari dan Buminya.
Lucky juga punya Dia yang telah mengatur segalanya untuknya.
Bukankah semua indah pada waktunya?
[atau mungkin memang kali ini Lucky kurang beruntung, hehe..]

-dan biarlah itu hanya ada di langit, bukan di bumi..-

"..she's so lucky, but she cries cries cries in her lonely heart thinking.."

[bingung mau nulis apa]

Hmmm...

nah, nah...

akhirnya bikin blog juga.

udah lama pengen bikin, tapi gak jadi2, hehe..

nah pas udah bikin malah jadi bingung deh mau nulis apa...


yah, pokoknya mah udah bikin aja nah... hehe... ^^