Friday 30 April 2010

Aku Mencintai Seorang Wanita

Aku mencintai seorang wanita.
Aku selalu ingin membuatkannya puisi, tapi ketika aku mulai maka aku kehabisan kata kehilangan sajak.

Bagaimana aku bisa menjelaskan padamu tentang wanita ini.
Wanita yang begitu hebat.
Wanita yang kuat tapi terlihat sangat anggun pada waktu bersamaan.
Wanita yang padanya aku amat sulit menyembunyikan segala sesuatu.
Wanita ini seperti bisa melihat isi hatiku.

Entah sejak kapan aku jatuh cinta padanya.
Mungkin sejak aku melihatnya.
Tapi aku yakin dia sudah mencintaiku jauh sebelum itu.

Entahlah, sebanyak apapun aku mencintainya, dia selalu lebih banyak lagi mencintaiku.

Saat aku bersamanya, rasanya dunia milik berdua, sedikitnya ada 3pria yang cemburu saat kami asik berduaan, amat sangat cemburu.

Tapi begitu, kami juga kadang berselisih paham, walaupun lebih banyak kami kompak. Bila aku marah, dia akan merayuku dengan gurauan dan senyumnya itu. Dan aku akan luluh dengan mudahnya. Kembali menciuminya dan memeluknya erat2 seolah dia milikku seorang.

Aku mencintai seorang wanita.

Thursday 29 April 2010

It's (not) A Silent Morning

I need to know what's on your mind
These coffee cups are getting cold
Mind the people passing by
They don't know I'll be leaving soon

I'll fly away tomorrow
To far away
I'll admit a cliché
Things won't be the same without you


Lamat-lamat terdengar suara merdu Adhitia Sofyan, pas sekali sebagai backsound saat gerimis begini, pagi ini. Aku jadi senyum-senyum sendiri di depan layar laptop yang berkedip balas menatapku. Sebentar aku sudah mengalihkan perhatianku pada roti panggang coklat dan secangkir teh chamomile hangat, sarapan pagi ini. Rasa manisnya pas, tak berlebihan, ditambah aroma kayu manis yang menguar di dapur mungil ini. Menambah sedap suasana.

Larik hujan mulai berjatuhan merupa tirai tebal, membasahi halaman belakang, tepat di hadapan dapur yang juga merangkap ruang makan. Dapur dirumah ini memang sengaja dibuat terbuka, langsung menghadap halaman. Sesekali angin membawa tetes air membasuh wajahku yang masih saja tersenyum. Sejuk. Basah. Hujan pertama di penghujung kemarau, permulaan musim, tumpah sudah.

Tak Ada Judul





Izinkan aku menitipkan sekeping rindu 


di sini, 


pagi ini.....

Wednesday 28 April 2010

Runyam





Tolong, tolong pegangi ini, jaga ia jangan sampai terjatuh.


Tapi belum kering bibirku mengucapnya kamu sudah menjatuhkannya, tepat saat aku meletakkannya di tanganmu.


Dan ia-nya kini berserakan di lantai. 

Drama Satu Babak




"Jangan pernah katakan 'selamanya'. Karena mungkin 'selamanya' itu terlalu lama." Kataku tegas.

"Hei,, ayolah, jangan kelewat sinis begitu." Rayumu yang bahkan kamu tau sama sekali tak bisa mengenaiku.

"Loh? Aku gak sinis. Aku hanya gak suka dengan pengumbaran janji seperti itu."

"Yaa aku khan juga hanya ingin meyakinkanmu kalau aku bisa melakukannya untukmu, selalu, selamanya, seumur hidupku."

Tuesday 27 April 2010

ENOUGH!!!

Aku masih duduk di halte Bundaran HI ini. Menunggumu datang, sudah sejak pukul satu tadi, persis sama dengan jam yang ku ketik cepat-cepat sebelum aku berubah pikiran, untuk kemudian ku kirim ke nomermu yang masih saja ku ingat sempurna sebelas angka tanpa cela. Berharap kamu mau membacanya alih-alih kamu langsung menghapusnya tanpa membaca sedikitpun.

Tak banyak yang ku ketik, hanya sekalimat saja, berdoa dalam hati agar kamu bukan hanya akan membacanya saja, tapi juga setuju untuk menemuiku. Di sini, di tempat yang sama dengan lima tahun lalu, persis ketika kita pertama kali bertemu, suatu sore yang hangat di bulan April tahun 2005. Persis hari ini pada rentang waktu lima tahun yang lalu. Seandainya saja waktu mampu membungkus kenangan, mungkin derit detik lima tahun lalu bisa bercerita pada derit detik hari ini.

Aku melirik ponselku yang bisu sejak tadi, berharap dering khusus yang sengaja ku pasang hanya untuk nomermu tiba-tiba berbunyi untuk mengabarkan kau sudah hampir tiba atau apalah. Tapi ternyata masih sama, bisu. Limabelas lewat limapuluhdua, genap sudah seratustujuhpuluhdua menit aku di sini.


Monday 26 April 2010

WARTEG [award dan tag, hehe]

Tadi sore dapet award dan tag dari Diana. Makasi ya, Di.. Nih tagnya ku jawab. Awardnya lucu2... ^^


Menurut kalian nama Diana Afiifah aneh gak ? Ada dua i di Afiifah nya ..
- Awalnya sih iya, kenapa harus dua, tapi setelah dipikir lagi ya mungkin ya, afiifah itu kayaknya khan nama arab ya, jadi mungkin emang panjang gitu i-nya, hehe.. adek sepupuku juga namanya afifah, tapi kayaknya i-nya satu. atau aku yang gak merhatikan ya? hehe..

Blog saya bagus gak ? Kelebihan dan kekurangannya ?
- bagussss, aku sukaaaa... blognya diana tu jujur banget, polos, dan emang anak-anak banget, karena emang masih anak-anak. pokoknya suka, hehe.

Setuju gak kalo saya ganti template ? :(
- ummm, setuju aja sih, tapi template yang ini juga oke kok, heu...

Anda siapanya saya ? :p
- temen blog :D tau blognya diana tu darimana ya kemarin itu, pokonya lagi iseng lihat blog orang trus nyasar ke blognya diana, jadi deh suka ma isinya, hehe..

Kalo Diana sendiri sifat dan sikapnya gimana ke kalian ? :p
- wah kalo yang ini kurang tau euy, gak kenal amat, tapi dari caranya ngejawab komen di blognya kayaknya anaknya baik, suka bagi2 award juga, hehe... yang jelas mah diana tuh lucu, ngakakakak.. :D
[duhhh, aku belum pernah bikin award sendiri nih, hiks, nanti deh coba bikin dulu]

 


Nah ini awardnya, ada banyak... :D

 







AKU : Kata Siapa Abu-Abu itu Kelabu?

Di atas bumi ini ku berpijak
Pada jiwa yang tenang, di hariku
Tak pernah ada duka yang terlintas
Ku bahagia….

Ingin ku lukis semua hidup ini
Dengan cita dan cinta yang terindah
Masa muda yang tak pernah kan mendung
Ku bahagiaaa………..
 ***
Kira-kira kayak gitu lagunya mbak Melly Goeslaw yang judulnya "Ku Bahagia", yang selalu aja ngebuat saya ingat masa-masa SMA saya tiap kali saya denger lagu ini. Hehe. Dan ei, kebetulan banget yah hari ini tu pengumuman kelulusan untuk tingkat SMA dan yang setingkat itu.
Yuhuuuuuu, kayaknya emang bisa dibilang kalo masa-masa eS-eM-A ntu masa-masa paling indah ya.. Masa-masa kita ngerasa kalo kita tuh udah gede, udah dewasa, udah bisa mutusin banyak hal sendirian, udah boleh ini, udah boleh itu, termasuk katanya udah boleh pacaran. Ngahahaha9,pemikiran yang kekanak-kanakan banget ya ternyata malahan, boro-boro dah dewasa itu mah. Hihi. Tapi ya emang begitu khan anak SMA tu? Petantang-petenteng cuma gara-gara celana/roknya udah ganti dari biru jadi abu-abu. Ngaku aja deh, gitu juga khan pada? Hehe.

Yuhuuuu...

Horeee... Horee...
Akhirnya saya bisa ngeblog lagi setelah berwikenan tanpa lepi, haha..
Maklum lepinya kemarin tu lagi masuk UGD, alhamdulillah sekarang udah bener, tapi adanya di rumah, khan sekarang di kosan, jadi ya sama aja deh, masih tetep nebeng pc kantor, atau mungkin pinjem lepinya aby, hehe...

Yah mungkin abis posting ini mau sekalian posting note yang kemarin sempat diposting di fb tapi belum diposting di sini, hee...

Ternyata saya bisa juga kangen sama blog, heheu...
Cuma berhubung godaan ngemall dan main sama temen lebih kuat dari pada dorongan untuk ke warnet untuk sekedar menengok blog jadilah wikenan kemarin sama sekali tak melihat blog, hehe.

Oh ya, postingan yang terakhir itu cuma cerpen aja kok.
Kalo cerita saya dilamar belum tau bakal kayak apa, belum kejadian sih, hee...
[kapan yaaa....? Hmm....]

Friday 23 April 2010

Ketika....


Bagaimana mungkin aku bisa tak tersenyum sepanjang hari ini? Ah, kamu emang selalu bisa membuatku tersenyum. Seperti hari ini, kamu sungguh-sungguh berhasil membuatku tersenyum seharian.
Noni, aku memberinya nama Noni, karena dia sungguh terlihat cantik seperti noni-noni Belanda itu, walau kamu bersikeras kalau dia itu laki-laki. Pita merah jambu yang tersemat di lehernya membuatnya terlihat jadi lebih manis lagi, belum lagi setangkai mawar yang sebenarnya sudah layu karena harus rela melalui perjalanan jauh melintasi lautan untuk akhirnya sampai di pelukanku sekarang ini. Noni, si teddy bear putih salju yang terbang dari satu kota di pulau Jawa sana, yang sengaja dikirim ke pulau  Borneo, tempat tinggalku kini.
Awalnya aku sangat kaget dan bingung, siapa kah orang yang sudah mengirimiku segala macam di pagi hari yang cerah tadi. Tak ada nama pengirim, hanya ada sepucuk kartu berisi kalimat “Selamat pagi, nona.. Semoga harimu menyenangkan..” Aduhai, aku bahkan tak berulang tahun hari ini.
Tapi telponmu jam sembilan tadi, tepat setelah satpam kantor mengantarkan paketanmu itu, yang membuatku bingung dan kaget, aku bahkan baru membaca dua potong kalimat pendekmu sebelum paham benar apa maksud semua ini, kamu sudah langsung menelponku yang membuat pipiku tambah bersemu merah jambu.
Kalimat pembukamu persis sama dengan yang ada di kartu sambil menanyakan apakah paketanmu sudah sampai, tapi aku belum sempat menjawab kamu malah menyuruhku diam dan mendengarkanmu yang akan memberi pengumuman. Jantungku berdetak kencang, darahku berdesir, pengumuman macam apa yang akan kamu bacakan itu eh? Kita khan sedang bertelpon? Oh tidak tidak.. Aku sudah amat deg-deg-an, bertanya dalam hati apakah kamu akan menyatakannya sekarang, didengar oleh seluruh pendengar setiamu itu? Dan kamu malah menyuruhku diam.
Dan aku terdiam demi mendengar suaramu mengucapkan kalimat itu, ah rasanya detik berjalan lambat sekali. Mukaku panas, membayangkan kamu akan mengucapkannya di depan semua orang seperti itu, kamu khan sedang siaran, semua orang juga termasuk orang-orang di kantormu itu.
“Perhatian, perhatian… Nah saya minta perhatian sebentar pada semua pendengar yang budiman dan pak diman, ah tidak ini serius, sungguh. Saya mau menyampaikan sesuatu yang amat penting, ah ya, ini penting sekali.. Ehm.. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa besok adalah hari dimana kita akan melakukan pemilihan umum, jadi jangan lupa untuk datang ke TPS terdekat, jangan lupa membawa kartu pemilih. Sekian dan terimakasih untuk perhatiannya.”
Seketika aku hanya bisa terbengong. Ya Rabb, pegangilah aku agar tak terjatuh. Kamu itu sungguhan bisa membuatku kaget tiap kali. Semua yang kamu lakukan selalu tak bisa terpikirkan olehku. Tapi hanya makan waktu tiga detik untuk membuatku pulih pada kesadaran dan kemudian tertawa. Hei, emangnya apa yang akan kamu umumkan pula, dasar aku yang sudah berpikir aneh-aneh. Dan kamu malah tertawa lebih senang lagi.
Tak lama setelah kita selesai bertelpon, kamu malah mengirimkan pesan, seperti tahu apa yang aku pikirkan tadi.
“Pernyataan cintanya nanti aja ya, kalo udah halal. Hehe..”
Aku hanya tersenyum membacanya. Ah, tapi aku sungguh senang, Noni begitu manis, dan aku akan memeluknya selalu, setiap kali aku akan tertidur. Hei, kamu yang selalu mengejutkan, yang selalu tega menggodaku seperti itu, sedang apa di sana sekarang?

Kamu tahu, mungkin aku akan menunggu saat itu, saat kalimat itu sudah pantas untuk diucapkan…

Kamu. Iya, kamu. Mungkin kamu selalu mengira kalau aku lah yang selalu bisa membuatmu tersenyum, tapi yang sebenarnya adalah aku lah yang selalu bisa tersenyum tiap kali kamu tersenyum. Kamu lah yang membuat hatiku menjadi sejuk manakala aku sedang emosi. Walau terkadang aku juga menggodamu karena kamu kelewat polos, menggodamu dengan gurauan yang kamu kira sungguhan.
Seperti hari ini, aku tahu kamu tak berulang tahun hari ini, tapi memberi kado khan gak selalu harus pada saat berulang tahun saja bukan? Jadinya aku mengirimkan sebuah boneka teddy, boneka yang ku kira tadinya laki-laki, tapi kamu malah bilang dia perempuan, dan cantik pula. Hmm, ya sudahlah, apapun itu, yang penting kamu senang, itu saja. Tapi mungkin mawarnya sudah layu ya. Hehe.
Aku tahu kamu pasti kaget menerima paketanku itu. Terlebih lagi ketika aku kemudian menelponmu dan menyuruhmu diam karena aku akan mengumumkan sesuatu secara on air, karena pagi ini jadwalku siaran. Aku tahu kamu pasti sudah amat deg-deg-an, mukamu sudah berubah seperti kepiting rebus, sempurna merah, walau kamu sering bilang kalau itu bukan merah, tapi merah jambu. Tapi lagi-lagi ya sudahlah, asalkan kamu senang, ah kamu itu selalu saja keras kepala.
Rasanya aku bisa melihatmu berdebar menungguku bicara, menyampaikan pengumuman itu. Dan aku tahu butuh waktu lebih dari sedetik namun kurang dari lima detik untuk kamu sadar soal pengumumanku yang ternyata tentang pemilu esok hari. Sungguh, aku sebenarnya susah payah menahan tawa. Walau setelah itu ku putarkan lagu untuk pendengarku agar kita bisa melanjutkan bicara sekedar lima menit. Tapi akhirnya tawaku meledak juga saat kamu sebal dan mengomel sedikit.
Nah, kamu selalu berpikir kalau aku lah yang selalu membuatmu tersenyum, padahal kamu lah yang memberi tawa pada hari-hariku. Seperti sekarang, aku sedang melamun mengingat lagi kejadian hari ini, yang masih saja membuatku tersenyum dan tertawa kecil membayangkan ekspresi mukamu. Sungguh aku memang senang menggodamu. Ah, jahat benar aku ini.
Dan mengenai semua pikiran anehmu, ah sungguh itu bukanlah sebuah pikiran yang aneh. Aku tahu semua anak perempuan pasti menginginkan suatu kalimat yang memberikan kepastian. Tapi sungguh, aku belum bisa memberikan kepastian itu, tunggulah saat itu tiba, saat ketika kalimat itu sudah dapat ku ucapkan di atas suatu ikatan suci yang halal dan diridhoiNya. 
Aku hanya meminta itu saja padamu, tunggulah, semoga kamu bisa..

***
Ya Rabb, hari ini adalah hari yang sudah lama kami tunggu.
Ridhoilah kami untuk menyempurnakan separuh agama.
Berkahilah kami dalam menapaki jalan panjang yang baru saja terbentang di hadapan kami.
Sungguh kami amat membutuhkan ridho dan berkah dariMu..
Karena dengan itulah kami akan memulai semua.
Berjalan bersama, bersisian, saling menggenggam tangan dan hati kami dengan balutan ikatan suci yang halal atas namaMu yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Jagalah kami agar selalu bisa saling mencintai karenaMu, agar kami selalu bisa saling mengasihi karenaMu, karena sungguh cinta kasih yang abadi hanyalah cinta kasih yang karenaMu.
Semoga kami selalu bisa berpegang teguh pada jalanMu, ya Rabb..
Amin.
 ***
Aku mencintaimu, amat sangat.
Aku juga mencintaimu…


P.S.: Cerita ini hanyalah fiksi, bukan cerita tentang saya yang baru aja dilamar, itu sih maunya, hehe.. 
Tapi kalo ada yang ngira ini sungguhan ya tak apa, diaminin saja, hehe... ^^

Empat We Ples Satu Ha

 Dapet tag dari Diana ples awardnya juga, hehe.... :D Makasi ya, Di... ^^

Nah ini awardnya:


 Ni tagnya :

Apakah nama profile blog-mu? Apa artinya?
Rosanakmami, artinya ya Ros si anak mami, :D

Apakah nama blog-mu, apa artinya dan mengapa dinamakan seperti itu?
Rose’s Cupcakes, artinya kue-kuenya Rose, ngahahaha9, auk dah pengen aja ngasih nama ntu… Tadinya sih namanya Ocehan Rosanakmami, coz isinya emang ocehan-ocehanku semua, hihi..

Sejak kapan mulai tertarik untuk membuat karya tulisan?
Hmm, kalo suka nulis itu sebenernya udah lama, dari sejak suka baca juga, SD kayaknya, awalnya karena aku suka banget baca cerita, trus dijadiin wakil sekolah buat lomba synopsis, eh jadi suka nulis-nulis, tapi ya karena belum punya pc dulu itu, nulisnya cuma di buku harian[ngahahaha9, anak SD jaman dulu pasti tau jaman-jaman suka ngoleksi kertas warna-warni yang bagus-bagus itu] Nah pas SMA dibeliin pc, eh trus pas udah kuliah malah rusak deh tu pc, ilang semua lagi[padahal yang ditulis juga cerpen gak jelas dan gak selese semua, huahahaha]. Yang kesisa cuma kumpulan buku puisi masa puber, ngekngekngek… Nah kalo seriusan nulis sih [jiyah serius? Masaaaa???] baru sekarang-sekarang ini, tahun lalu lah kira-kira, hehe…

Apa motivasimu membuat blog ini?
buat nyimpen ocehan-ocehanku yang udah ku posting di notes fb, haha, takutnya kalo cuma ditulis di lepi, ntar lepinya rusak ilang lagi deh, atau di simpen di fd juga bisa ilang, nah kalo di blog khan gak bakal ilang, itu kata neng ninda sih, hehe… Tapi masih banyak notes fb yang belum ku pindahin ke sini…

Siapa yang menginspirasimu untuk membuat blog?
Neng Ninda, hoho.. Tengkyu, neng… ^^

Siapa teman bloger yang mengajari dan membantumu membuat blog?
Neng Ninda juga, heu

Sekarang sudah punya berapa blog? Apa aja?
Satu, ini aja, ni aja udah repot ngurusnya… Ngahaha9, sok sibuk oi...


Nah tag dan award ini ku kasih buat yang kasih komen di sini, tapi kalo udah pernah dapet ya tak perlu lagi, heu...

Thursday 22 April 2010

Si Gadis Hujan [versi seratus kata]


Gadisku masih di situ, di halaman kantornya, asik sendiri dalam dunianya. Sore ini masih seperti kemarin, sejak tadi dia menikmati hujan yang turun pelan-pelan. Kadang dia tersenyum, tapi tak jarang bendungan bening di matanya rebak mengaliri pipinya yang bersemu merah jambu bak dikecup sang surya.

Gadisku, yang selalu manis walau tak pernah cantik, entah apa yang dia lihat dan dengar dari hujan yang selalu sama tiap kali. Tapi biarlah, karena itulah aku bisa melihatnya setiap kali hujan turun. Mencintainya dalam diam, entah sejak kapan.

Ah ya,, kenalkan, namaku Kupla, seekor kutu rambut yang tak sengaja terdampar di kepala satpam kantornya.



P.S.: Cerita ini sebenernya udah pernah saya buat, jauh lebih panjang dan lebih absurd, tapi juga lebih berasa feelnya[buat saya sih gitu, hehe]. Tapi karena saya mau coba-coba bikin cerpen seratus kata ya jadilah ceritanya kayak begini, dengan penyesuaian besar-besaran tentunya, haha9. Versi aslinya bisa dibaca di sini.

Wednesday 21 April 2010

Selamat Hari Kartini......... ^^



Ceritanya khan hari ini tu Hari Kartini ya...

Jadi tadi ada kejutan dari kanwil,, semua pegawai wanita di kantor dikasih mawar merah....

Jadi seneng,, hehe...

Merasa dihargai aja, padahal cuma sekuntum mawar, tapi entah lah, aku sukaaaaaaaaaaa...... ^^




Tuesday 20 April 2010

Horraayyyy.... :D

Yuhuuu, dapet award pertama dari mbak aishi , tapi karena gak tau yang mana yang buatku, ya udah deh ku posting aja semua, hehe.... :D Makasi ya mbak buat awardnya,, jadi terharu, ^^

Aturan yang ada di blognya si mbak sih katanya ni award buat dikasi ke sepuluh orang cewe yang lainnya. Tapi berhubung temenku di blog baru dikit banget, jadi gak tau deh mau ngasih ini award ke sapa yak?

Nah ni yang ku kasih neng ninda buat yang pertama kalinya aku kasih award, hehe, karena si neng ini yang udah ngajarin aku ngeblog walopun sampe sekarang belom berhasil sukses, hihi.

Yang sembilan sisanya untuk siapa aja deh yang kebetulan baca postingan ini, hoho.

Nah ini awardnya ya... ^^

Monday 19 April 2010

Langit Cerah Berbintang


Kau masih di sini?

Ya, seperti yang kau lihat.

Sejak kapan kau suka duduk disini?


Lupa. Tapi aku selalu suka duduk-duduk disini, berlama-lama memandangi langit malam yang cerah bertahtakan bintang-bintang.. Indah...

Ya...


Kau belum tidur? Nanti dia akan terbangun dan mencarimu kesini.

Tidak, tenang saja. Bagaimana hari ini?


Hmm, tak begitu baik. Aku tak berhasil mencuri. Ketahuan. Untung saja tak tertangkap.

Huff.. Kapan kau akan tobat?


Hahaha9, kalau aku mati. Takdirku memang begini. Berbeda denganmu yang selalu hidup enak, biaya hidupmu sebulan mungkin bisa menghidupiku selama setahun.

Kau tak patut mengkambinghitamkan takdir seperti itu. Apalagi sampai membandingkan denganku. Hei, setidaknya kau bebas melakukan apapun, kemanapun. Tak seperti aku.

Ya, Dia maha adil. Sudahlah setidaknya kita masih bisa saling berbagi langit berbintang ini, ciptaanNya yang indah ini. Kemari lah. Apa kau akan terus berdiri disitu?

Hmm, aku hanya takut kesana, aku belum pernah berjalan di atap genting.

Haha9, aku lupa. Kau khan hanya tahu cara berjalan di panggung saat lomba-lomba itu. Manja.

Hei! Aku bisa kesana. Ke tempatmu duduk sekarang.


Coba saja.


......
Bruk.
Meooong...

Meong, miaww.. 


"Mpus?! Mpus kenapa ada disini? Ini pula! Heh kucing kampung! Ngapain ada disini? Hush.. Pergi sana!!"

Meong... Meong.. Err..
[maaf, aku tak bermaksud membuatmu terjatuh]

Miaw..
[tak apa, pergi lah,..]
Meong...
[besok malam aku akan kesini lagi]

"Eh ni kucing masih aja ya! Hush! Ayo Mpus kita masuk.." 



 

Friday 16 April 2010

AKU : Mi Ayam

Semua pasti tau lah ya mi ayam? Ya khan?

Nah… Note kali ini saya mau nyeritain segala pengalaman saya yang berhubungan dengan mi ayam.  Rasa-rasanya banyak banget pengalaman saya dengan mi ayam, tapi ada beberapa yang amat berkesan buat saya[ceilehhhh, ihiyy..]. Nah yang berkesan itu lah yang mau saya tulis disini.

Tiga kenangan, tiga rasa, tiga suasana, juga tiga-tiga yang lainnya karena emang semuanya berbeda kecuali saya dan mi ayamnya itu [mi ayamnya juga beda sih, hehe]. Nah.. Saya mau cerita dari kenangan yang paling lama, kenangan akan mi ayam….

Cerita yang ini tu kejadiannya waktu saya masih SMA, beneran deh yang namanya jaman SMA tu “High school never dies” banget deh.. Jaman seru-seruan, gila-gilaan, awal-awal  kita ngerasa udah gede tapi padahal jauhhhh dari itu. Waktu itu hari Rabu, saya inget harinya karena waktu itu kami pake baju Pramuka, nah sekolah kami ini emang aneh sendiri deh, pake Pramuka kok hari Rabu..

Back to story. Jadi seperti biasa lah, kami[saya dan teman-teman dekat] tu sering banget ngumpul-ngumpul. Selain kalo di sekolah kami tu sekelas, nah setelah pulang sekolah pun kami masih ngumpul-ngumpul. Tempat ngumpul kami biasanya di rumah Memei[panggilan yang sebenarnya]. Hari itu juga kami ngumpul lagi di rumah Memei. Kadang-kadang kami juga numpang makan di rumahnya Memei, wah mamanya Memei  itu jago masak euy, masakannya enak deh, hihi, tapi kadang kami juga makan di luar. Hari itu kebetulan mamanya Memei  kagak masak, jadilah kami makan mi ayam di deket rumah Memei.

Mi ayam ini namanya “Mi Ayam Rasa”, hambuh rasa apa, rasa enak lah pokoknya. Tapi emang bener loh, mi ayamnya ini enak, hehe. Potongan ayamnya itu gede-gede, dan beneran daging semua gitu, lima rebu perak udah pake bakso. Mantap bukan… [yah tapi itu jaman SMA kelas satu euy, hampir tujuh tahun yang lalu. Ck, kadang gak nyangka ya waktu cepat sekali ya…] Yang jualan mi ayam ini tu pasangan suami istri yang udah lumayan berumur. Bapak penjualnya baik banget, tapi ibunya jutek, bener deh, galak gitu. Tapi yang saya tahu beberapa tahun lalu [pas saya kuliah kayaknya] bapaknya ini meninggal [hiks], dan  karena gak bisa berjualan sendirian, si ibu akhirnya menutup warung mi ayamnya. Sayang banget, padahal enak…

Seperti biasa kami udah pesan masing-masing, dan yah kalian tahulah anak perempuan emang suka banget ngobrol yah, apa aja diobrolin gitu. Sampe akhirnya tu pesenan dateng kami gak berhenti juga ngobrol. Ck, makan sambil ngobrol. Yang parahnya waktu itu si Memei tiba-tiba ngelempar topic yang langsung tepat mengenai saya. Kurang lebih gini:

“Eh tahu gak sih? Si Andra [bukan nama sebenarnya] khan baru jadian sama si Fani [juga bukan nama sebenarnya]” Si Memei ngomong dengan santainya sambil ngasih kecap, saos, n sambel di mi ayamnya. Yang lain serempak kaget dan ramai macam dapet gossip hangat.

“Serius lu? Kata siapa?” Semua berebut nanya. Dan saya, huwaaaa, saya juga ikutan berusaha pengen tahu, padahal udah pengen nangis kabur lari-lari di tengah hujan bak gadis india diputusin sama pacarnya yang ternyata udah dijodohin dengan orang lain [hihi, lebay, gak lah, gak segitunya kok]. Yeah, Andra tu gebetan saya, bukan gebetan juga sih, [aih bahasa lu, ndroooo], tapi ya sekedar seneng aja liatnya, ganteng oi. Haha.

“Eh udah dong, jangan ngomongin dia mulu. Si Jingga kasian noh..” Entah siapa yang mulai nyadar kalo saya jadi aneh. Ah cucrut dah.

“Aih, napa juga kok kasian ma gw? Kagak ngaruh ah..” Kilah saya sambil mencoba memberi sambel ke mi ayam saya. Apa mau dikata ya, emang dasar perasaan jadi gak enak, ngaruh deh ke otak yang trus ngirim sinyal ke tangan jadinya ngaco deh tu. Tumpah semua tu sambel yang segambreng banyaknya itu. Entah emang mungkin aja tu tutupnya juga gak pas kali yah. [tapi dipake yang lain kok gak tumpah? Aaarrgghhh…]

Seketika semua ngeliatin saya dengan pandangan prihatin, mencoba menenangkan saya, “Tenang ya, gak apa-apa kok, nanti kita bilang ke bapaknya ya sambelnya tumpah… Udah, si Andra gak usah dipikirin ya..” Huhuhu9, bodoh beneran dehhhh… Itu mi ayam saya juga penuh sama sambel. Padahal saya khan gak suka pedes. Dan akhirnya setelah susah payah, bersih juga tu sambel.

Untungnya perhatian gak lama langsung beralih ke Putri yang rada nyleneh itu, bayangin aja, dia makan mi ayam tapi dikasih batu es di mi ayamnya itu. Alasannya supaya cepet adem, khan tu mi ayam panas bener  ya. Kami cuma bisa bilang “Iya deh…”.

Selesai makan mi ayam, eh beneran ujan deres banget euy. Sebenernya kami dikirimin payung sih sama itu asisten mamanya Memei, tapi kok jadinya basah-basah juga. Hihi.

Mi ayam yang ini rasanya enak, walaupun penuh sambel, pedasssssss tapi enak, enak karena saya makannya bareng sama teman-teman terbaik saya yang selalu bisa membuat saya tertawa dalam keadaan seperti apapun. Miss you all, sistas….^^


Nah cerita yang kedua itu masih bersetting waktu SMA saya. Hoho. Cuma bedanya kali ini saya makannya berdua sama gebetan yang lain. [wuahahahha9, dasar ya ababil, gebetannya ganti-ganti] Cuma yang ini saya lupa hari apa, coz pakenya putih abu-abu sih, jadi bisa Senin, Selasa, atau Kamis.

Kejadiannya juga bukan pas istirahat, tapi pas jam pelajaran, cuma karena gak ada gurunya jadi ya gitu deh, kabur-kaburan aja, apalagi udah mau pulang juga. Nah tiba-tiba aja dia ngajakin makan mi ayam di kantin depan. Ya saya gak nolak dong ya, huahahaha9 maunyaaaa…. [Ckckckck…]

Selama makan kita ngobrolin macem-macem, cerita keluarganya, cerita kesukaannya, dan saya yang biasanya cerewet kali itu cuma jadi pendengar yang baik. Hoho. Dan yah, saya emang kadang kelewat lama kalau makan, cuma kadang aja sih.. Seperti momen itu khan kalo makannya lama jadi barengannya tambah lama, hahaha9 lagi-lagi hanya akal-akalan saya aja. Dia khan udah hampir selesai ya, tapi saya malah sibuk misahin batang sawi, entah kenapa.

Jadi aja dia nanya, “Kenapa kok dipisahin?”.
Saya jawab lah seadanya, “Ah, gak apa-apa kok, hee..” jawab saya sambil senyum tanggung.
“Wah, gak suka ya? Adek gw juga gak suka sama batang sawi. Kalo makan kayak lu gitu, dipisahin deh..” Katanya tiba-tiba.
“Eh? Oh? Iya.. gak suka.. hehe..” Jawab saya asal. Padahal saya suka-suka aja sama batang sawi, eh saya khan suka sayur-sayuran kecuali terong dan leunca. Tapi karena dia udah terlanjur ngomong gitu, ya udah lah. Haha.. Lagian khan jadinya lebih berasa punya kesamaan, walopun sama adeknya, hihi maksaaaaaaa….

Mi ayam yang ini rasanya apa yaaaa,,, manis-manis gimanaaaaa gitu… Hehehe..  padahal harganya murah bener oi, cuma tiga rebu lima ratus kalo gak salah, segituan lah… Udah gitu tempatnya juga cuma di kantin pula. Tapi rasanya kayak candle light dinner, hihi9. [lebay sekali sayaaaaa…..]




Cerita saya yang terakhir itu yang paling parah menurut saya. Oh mai oh mai… Jangan sampe deh kejadian lagi. Cerita yang ini tu pas tahun lalu saya OJT[On Job Training] di Kanwil Jakarta Timur. Jadi khan saya dan Mae [panggilan yang sebenarnya] kepengen makan siang mi ayam. Nah kebetulan ada gerobak mi ayam di deretan penjual makan di sekitaran situ. Nah saya ingat itu mi ayam namanya “Mi Ayam Si Boy” [ini emang namanya kok, bener, gak maksud untuk meledek orang tertentu].

Jadi lah kami pesan dua porsi mi ayam bakso. Nah di sebelah mi ayam ini ada warung gorengan, tadinya kami mau beli gorengan juga tapi akhirnya gak jadi karena emang cuma setengah hati. Setelah menunggu agak lama datanglah pesanan kami. Pas ditanyain mau minum apa, kami kompak bilang mau minum aqua gelas aja. Entah kenapa hari itu emang lagi malas minum yang manis-manis gitu, dan Mae juga sama.

Setelah kami makan dengan enaknya dan kenyang, kami mutusin untuk balik ke kantor. Mi ayamnya sih biasa aja, standar lah… Tipikal mi ayam mangkal pinggir jalan gitu. Kurang lebih percakapan kami seperti ini.

“Yuk ah balik, bayar yuk." Ajak Mae.

“Ayo dah. Uangku tadi di kamu kan ya, Mae?” Jawab saya, dan emang saya tadi nitipin uang saya di Mae karena saya malas bawa dompet, akhirnya saya ambil uang sekira-kiranya saya aja.

“Ha ah, di aku. Bentar yak u ambilin.” Jawab Mae sambil negbuka tempat hapenya [Mae juga males bawa dompet]. Trus dikasih lah uang titipan saya, tapi tiba-tiba Mae panik gitu.

“Duh, uangku mana ya? Tadi kayaknya udah ku taroh sini?” Kata Mae panik.

“Yakin? Belom kamu bawa kali? Ya udah pake uangku aja dulu. Berapa bang semuanya? Mi ayam bakso dua sama aqua gelas dua.” Kata saya santai sambil nanya si abang mi ayam.

“Semuanya duapuluhsatu ribu, neng.” Jawab si abang mi ayam.

“Nah ini..” Kata saya sambil ngitung uang saya yang berantakan itu karena emang gak saya susun. Dan tiba-tiba aja saya berhenti ngitung, itungannya nyampe di angka duapuluh ribu. Uang saya cuma duapuluh ribu. Saya dan Mae pandang-pandangan, bingung bakal kayak apa jadinya. Emang sih cuma kurang seribu, tapi khan tetep aja malu. Akhirnya kami berusaha nyari-nyari di antara tempat hape Mae yang emang kebetulan ada tiga tempat.

Akhirnya kami berhasil nemu uang logam lima ratusan, langsung kami kasih ke si abang mi ayam yang sedari tadi udah bilang “Gak apa-apa kok, neng… Udah yang ada aja..” Tapi kami gengsi dong ya kalo harus ngutang, walo sebenernya abangnya sih ikhlas kalopun kurang. Karena kami masih ngotot mau tetep bayar, kami masih aja berusaha nyari.

Dan muncul lah sekeping uang logam dua ratusan yang lain, tapi sayang sebelum kami serahin ke abang mi ayam, tu uang logam jatuh ke ember cuci piring. Kami masih gak nyerah juga. Gak mau utang walopun cuma tiga ratus perak, karena itungannya khan yang dua ratus perak tadi juga udah ada di abangnya, khan jatuhnya di ember abangnya itu.

Syukur banget ketika akhirnya kami berhasil nemu logam lima ratusan yang lain setelah puas mengorek-ngorek tempat hape Mae, hohohoraaayy…. Kami kasih uang logam tadi dengan tersenyum puas, haha. Padahal mungkin menurut abangnya kami malah bikin ribet dan makan waktu lama gara-gara ngotot mau tetep nyari tu sisa uang biar bisa bayar. Hehe. Kebayang ya kalo seandainya tadi kami mesen es jeruk atau es kelapa ples pake gorengan juga. Mau bayar pake apaaaaa....? Hihi..

Setelah itu kami ketawa ngakak-ngakak mengingat-ingat kebodohan yang udah kami lakuin. Dan ternyata emang Mae lupa bawa uang. Hihi. Dasar dehh… Gayanya sih seperti orang yang bekerja di gedung berlantai entah berapa itu di kota Jakarta yang megah itu. Eh kok buat mbayar mi ayam duapuluhsatu ribu aja susah amat, hihi.

Mi ayam yang terakhir ini rasanya beneran nano-nano deh. Gak ada lawannya lah. Malu banget lah sama abangnya itu. Untung kami cuma OJT  selama lima hari, dan hari makan mi ayam itu udah hari ke empat kalau gak salah ingat ya..

Yah, begitulah cerita saya tentang mi ayam. Sebenernya sih saya biasa aja ya sama mi ayam, gak beneran yang favorit banget gitu makan mi ayam tuh, tapi kok ya ada-ada aja kejadian dengan si mi ayam ini.

Mi ayam…
Oh mi ayam……

Pagi Ini Sakura Bermekaran


"Aduh!" Aku mengaduh, rasanya kepalaku sedikit pening. Hei, mengapa pula aku malah disini? Aduh, kenapa mobilnya gak bisa dinyalain? Aku harus bergegas, tak ada waktu lagi.

Besok adalah hari pernikahan kami. Tapi ada yang harus aku katakan padanya, hari ini, secepatnya, harus, agar tak ada yang kecewa nantinya.

Aku keluar dari mobilku, berlari sambil terus berusaha mencari taksi barangkali ada yang lewat. Toh rumah Diana kurang dari dua kilo lagi. Kalau pun terpaksa aku akan terus berlari. Sialnya taksi yang lewat tak ada yang mau berhenti padahal aku sudah berusaha menghentikannya.

Akhirnya aku sampai juga di rumah Diana. Nafasku tersengal, aku mencoba menenangkan diriku, berusaha berdiri tegak. Pening. Aku merasa pening. Pasti karena jarak dua kilo itu.

Rumah Diana masih ramai, ah tentu saja, mereka khan sibuk mengurus pernikahan kami besok. Pintu depan terbuka jadi aku langsung saja masuk. Aku harus berbicara dengan Diana secepatnya.

Aku mencarinya di ruang tengah, tapi Diana tak ada. Di ruang belakang juga tak ada. Ah pasti di halaman belakang, pikirku. Aku melangkah cepat mencari sosoknya diantara banyak orang yang berlalu lalang. Saking sibuknya mereka tak memperhatikanku sama sekali. Tapi Diana juga tak ada di sana.

Aku kembali masuk ke rumah, menaiki tangga ke lantai atas. Diana pasti di kamarnya, tak apa lah aku langsung ke sana saja. Aku hanya ingin bicara sebentar saja.

Ah itu Diana, dia ada di ruang keluarga bersama Dinda adiknya sedang entah membereskan apa.

Aku berjalan mendekatinya, dia membelakangiku, Dinda juga. Tapi belum jadi aku mencapainya, ponselnya berdering kencang. Entah dari siapa. Tapi yang terjadi kemudian membuatku amat bingung. Diana menjerit, meraung-raung, dan sedetik kemudian tangisnya meledak.

Tubuhnya limbung ke kiri, seperti hendak jatuh. Aku langsung menggapainya, tapi Diana terlepas dari tanganku. Aku berteriak memanggil namanya, tapi sepertinya Diana tak mendengarku. Tapi jangankan Diana yang sekarang tergolek pingsan. Dinda yang sejak tadi terbengong bingung sepertiku pun tak mendengarku.

Aku mencoba mendekap dan membangunkan Diana, tapi tak ada reaksi. Bagaimana lah dia bisa bereaksi? Aku bahkan tak bisa menyentuhnya. Dinda yang tak lama kemudian memanggil orang-orang untuk membantunya masih saja tak melihatku. Mas Bayu yang datang setelah mendengar teriakan Dinda juga melewatiku. Apa aku mulai menjadi transparan?

*
Hari ini adalah hari pertama bunga sakura mekar dan akan bertahan sejak pagi ini sampai dua minggu ke depan. Musim semi di sini memang indah sekali. Aku selalu jatuh cinta lagi tiap kali bunga sakura merah jambu di halaman mulai bermekaran. Jatuh cinta pada mekarnya yang bersemu malu-malu.

Ah.. Aku jadi mengingatmu lagi. Padahal sudah lewat tigapuluhsembilan tahun, tapi rasanya seperti baru kemarin, sewaktu kamu bertanya padaku tentang kemana kita akan berbulan madu.

Ah.. Padahal kamu sudah tahu bahwa aku amat ingin melihat bunga sakura bermekaran di bulan April yang hangat dan ceria. Dan kamu tersenyum jahil, senyum matahari pagi, my sunshine, kemudian kamu mengeluarkan tiket itu, tiket bulan madu kita ke negeri bunga sakura. Hatiku seketika gembung penuh bahagia, kamu selalu berhasil membuatku senang.

Apa kamu juga melihatnya sekarang? Bunga sakura ini selalu menunggumu, menunggumu datang.

*
"Diana, Di..."

"Ya, mbak? Ada apa?"

"Di... Reza, Di..."

"Kenapa mas Reza, mbak?"

"Reza kecelakaan, Di.. Dia tadi buru-buru mau ke rumahmu.."

"Gak! Gak mungkin! Mbak pasti bohong! Gaaaaak!"

*
Tahu kah kamu? Sejak hari itu rasanya duniaku runtuh. Aku tak mampu melakukan apapun. Rasanya aku hanya mayat hidup, harusnya aku ikut terkubur bersamamu.

Ah.. Tapi sudahlah.. Pagi ini begitu cerah.. Begitu merah jambu.

"Nek.. masuk yuk.. Sarapan udah siap.. Reza juga udah laper. Tadi mama suruh Reza buat ajak nenek masuk.."

Reza, anak laki-laki berumur tujuh tahun, anak pertama dari satu-satunya anakku. Hari ini hari pertama Reza masuk sekolah di kelas dua. Namanya, sama dengan namamu. Aku yang memberinya nama itu. Oh ya, lima tahun setelah kepergianmu, aku menikah dengan Aldy. Ah, kamu pasti tahu kan?

Aku mengangguk dan tersenyum pada Reza yang masih setia menunggu jawabanku.

Musim semi kali ini sungguh indah...


=====================
Note ini saya bikin karena tiba-tiba teringat dengan cerita seorang teman yang ditinggal oleh calon suaminya padahal hari pernikahan tinggal menghitung hari. Calon suaminya meninggal karena sebuah kecelakaan.

Tapi berkat ketegaran dan keteguhan hati, teman saya ini mampu dan berhasil melalui ujian itu. Dia tak berlarut-larut dalam kesedihan. Jauh lebih tegar dibandingkan Diana, tokoh saya ini. Dia bangkit, menegakkan kepalanya, menjalani hari.

Tiga tahun kemudian ketika akhirnya dia memutuskan untuk menikah. Dan ya, hari ini dia sudah memiliki dua orang anak yang lucu dan manis. Mereka hidup bahagia bersama. Keluarga kecil yang hangat dan bahagia.

Ah, sungguh benarlah bahwa tiadalah Dia akan memberi cobaan yang tak mampu ditanggung oleh makhlukNya. Sesungguhnya bila Dia berkata tunggulah, maka tunggulah, Dia akan mengabulkan doamu.

Tetapi bila kemudian kamu tak mendapatkan apa yang kamu mau, sesungguhnya Dia bukan tak mengabulkan doamu, tetapi Dia menggantinya dengan yang jauh lebih baik.

Tetaplah percaya padaNya, pada Dia yang maha segala, Tuhan semesta alam.

Tersenyumlah,, hari begitu indah... :)

Thursday 15 April 2010

AKU : Don't Judge A Book By Its Cover



Sekali lagi ah, Don’t judge a book by its cover. Hoho.

Well, sebenernya mungkin agak gak nyambung juga kali ya judulnya dengan apa yang mau saya tulis ini. Tapi saya gak nemu kalimat lain yang lebih cocok daripada ini, heu.. [tren menggunakan kalimat-kalimat yang popular sebagai judul khan masih menjadi alternative yang lumayan oke lah ketika kita gak nemu kalimat yang cukup menarik, haha]

Back to topic. Nah note saya yang ini emang gak mau bikin cerpen lagi. Jangan tanya kenapa, huhu.. Ini pun saya menulisnya sedang dalam keadaan tidak menentu berdebar-debar menantikan seorang kekasih yang sedang pergi jauh ke negeri seberang, eh? Bukan, nah jadi ngaco. Sebenernya saya nulis ini dalam keadaan sedang bingung menghadapi , ah well, pekerjaan saya, yang mana tidak akan saya ceritakan disini karena isu sekarang ini amat sensitive bila menyinggung soal itu. Sungguh keadaan yang amat tidak nyaman. Huff..

Duh, lupakan beberapa kalimat di atas, serius, saya mau serius ini. Kenapa tiba-tiba saya menulis note ini? Entah lah, saya hanya ingin bercerita tentang diri saya sendiri saja, hoho. Karena kalau bukan saya yang menulisnya siapa lagi coba yang mau nulis tentang saya? Mengharapkan ada seorang secret admirer yang sudah menguntit saya selama bertahun-tahun, dan mengetahui berbagai hal tentang diri saya yang bahkan dia tahu hal yang saya tidak tahu. Khan tidak mungkin bukan? [gayanyaaaa emang kamu itu siapa, neeeeng? Hihi]

So, karena saya yang paling tahu soal diri saya dan tidak mungkin ada orang lain yang bakal menulis soal saya jadi lebih baik saya saja yang menulisnya sekarang. Yah semacam autobiography acakl ah, hehe…. Kenapa acak? Ya karena saya bakal nulis ini secara acak saja, se-moodnya saya saja.

Hmmm, harus mulai dari mana ya? Ah ya, gak mungkin kalau dimulai dari tempat tanggal lahir saya bukan? Hmmm…

Oh ya, karena judulnya itu, jadi saya mau bicara soal diri saya secara fisik saja. Hehe. Apa yang pertama kali orang lain pikirkan saat pertama bertemu saya? [ah ada dua kata pertama, jadi pikiran pertama di pandangan pertama, aih saya mulai sok romance lagi deh..]

Nah kalo kalian, apa yang kalian pikirkan pertama kali saat pertama bertemu saya?

Dari yang saya tahu selama ini, kebanyakan orang akan menjawab kalau saya orangnya jutek. [apakah wajah saya segitu galaknya kah sampai saya dibilang jutek pada pandangan pertama? Hiks.. T.T] Padahal saya sudah berusaha untuk tersenyum loh, huhuhu9. Tapi ya sudah, nasib lah…

Dan yang mencengangkan hampir semua orang yang saya kenal pasti berpikir kalau saya ini orang Batak. Oh mai oh mai…… Serius, saya gak ada darah Batak sama sekali. [nah kalian bisa lihat cerita berbagai pengalaman saya yang berhubungan dengan hal ini di sini] Saking saya penasarannya, saya bertanya [sampe maksa dan ngotot pula] kepada orang tua saya. Dan jawaban dari keduanya tetaplah sama, “Kita gak ada kok darah Batak, sama sekali”. Saya masih aja ngotot, “Mungkin tiga atau empat generasi di atas kali…” Dan jawaban dari ayah saya adalah mutlakkkkk, “Dari mbah yang keberapa juga semuanya orang Jawa[Jateng, red], gak ada yang orang luar Jawa”. Jawaban dari ibu saya sih lumayan variatif juga, “Hmm, kalo kakek ibu itu malah orang China[keturunan], nah yang lainnya ya orang Betawi. Gak ada selain itu. Yakin.”

Yeah, saya ini campuran Jawa-Betawi. Saya bahkan lahir di Klaten, hoho.. Setelah numpang lahir dan cukup menikmati masa awal-awal kehidupan saya selama tiga bulan di Klaten selanjutnya saya dibesarkan di Bekasi. Ah ya, kedua orang tua saya emang sengaja supaya saya lahir di Klaten, jadi pas usia kehamilan ibu saya berumur delapan bulanan yah, nah ibu dan ayah saya berangkat deh ke Klaten. Itu kemauan ayah saya sih yang emang asli sana. Dan saya amat mencintai kedua kota saya ini, Klaten dan Bekasi. Nanti di note yang lain mungkin akan saya tuliskan mengapa saya begitu cintanya pada dua kota ini, hehe.

See? Harus dipertanyakan dimana kah wajah Batak saya? Huwaaaa…….. Walaupun saya sudah terbiasa diberi pertanyaan yang sama setiap kali di awal perkenalan [marganya apa? Borunya apa?], tapi tetap saja saya merasa bingung menjawabnya, karena yang bertanya pasti tidak akan percaya kalau saya bilang saya gak punya marga…. Huhu.. Saya sampe sempat punya pikiran gimana kalau nanti saya cari suami orang Batak saja ya, jadi khan otomatis saya dapet marga yaaa dari suami saya. Dan saat saya ditanyain lagi sama orang siapapun deh khan jadinya saya bisa jawab kalo marga saya tu ini loh, hahaha9. Tapi aneh juga, masa motifasinya kayak gitu? Hihi. Itu hanya pikiran ngaco saya saja sih. Aslinya mah yah dari suku mana saja[yang pake marga kek yang kagak kek] yang penting khan bisa menjadi imam yang baik buat saya dan keluarga kami kelak. [ahaiiiii, kawin, maaak…..]

Jangankan orang yang baru kenal saya yah, nah kejadian beberapa waktu lalu ketika saya ikutan makan siang bareng sama ibu-ibu kantor. Jadi saya khan pesen mi ayam, pas mau makan ya saya seperti kebiasaan saya selama ini kalau mi ayam atau bakso ya pake kecap dong, saya kasih lah kecap di atas mi ayam saya. Eh tiba-tiba sebut saja bu Ria bilang gini, “Eh kamu kok makannya pake kecap? Kayak orang Jawa aja..” Saya cuma senyum aja sambil bilang, “Aku khan emang Jawa, bu… hehe” [eh saya berhak loh ngaku-ngaku Jawa, khan ayah saya orang Jawa tulen, haha.] Si ibu nanya lagi, “Loh? Kirain kamu itu Batak.” Dan saya cuma cengar-cengir nanggung kayak ayam nelen karet gelang.

Nah udahan ah bahas Bataknya, bukannya saya gak suka loh ya sama orang Batak, temen saya banyak yang Batak, baik-baik pula... Sekarang bahas fisik saya yang lain yang mudah dikenali orang, yeah, kalian semua tahu lah kalau saya punya tahi lalat di hidung, persis di tengah[gak juga sih, yah di situ lah]. Ada beberapa orang yang nanya kenapa saya gak operasi aja buat ilangin tahi lalat. Tapi menurut saya itu gak perlu, malah saya jadi punya ciri sendiri dengan tahi lalat saya ini, jadi mudah dikenali, apalagi kalau nanti saya tiba-tiba ilang di tengah kerumunan banyak orang ya, jadi yang sedang pergi dengan saya khan mudah tu ngasih pengumumannya. Hahaha9. [emangnya saya anak umur lima tahun apa yaaa… duh ngaco nah saya ini..]

Pernah kejadian waktu saya SMP kelas satu. Waktu itu baru sekitar dua minggu masuk sekolah, semua pelajaran baru masuk masing-masing satu kali lah. Nah jadi pas pulang khan saya biasa bareng-bareng sama temen-temen saya. Waktu itu kami posisinya di depan gerbang sekolah mau nyebrang. Eh tiba-tiba ada bu Yuli[guru matematika saya] di samping kami, mau pulang juga. Trus saya khan nyapa ya, dan dibalas sapaan sama bu Yuli, “Eh Jingga, pada mau pulang nih ya? Anak-anak 1.08 kompak ya pulang bareng, PRnya nanti dikerjain yaa…” Saya cuma ngangguk bingung. Lah yang kelas 1.08 khan saya aja, yang lainnya ini khan temen saya dari kelas lain, tapi bu Yuli nganggepnya semua kelas 1.08. Dan yang bikin saya gede kepala adalah bu Yuli ingat nama dan kelas saya padahal baru ketemu di kelas satu kali. [ge-er kesenangan boleh khan yaaaa… hehe]

Nah yang lainnya masih ada lagi, dan banyak lah. Kebanyakan orang mudah mengingat saya ya karena itu. Heee… Seperti masih kurang unik aja nama saya yang Jingga itu, masih ditambah dengan tahi lalat pula. Jadi saya belum pernah mengalami kejadian keliru orang dan nama. [sepertinya saya mulai narsis? Haha] Kalian paham khan maksud saya? Seperti misal ada dua orang bernama Asep, kadang khan kita suka ngebedain dari ciri khasnya waktu lagi berbincang tentang mereka atau kalau ditanya orang lain seperti Asep yang kurus itu atau Asep yang ganteng itu.

Hmm,, kayaknya segitu aja dulu kali yah.. Ah ya, saya emang pake kata fisik, tapi maksud fisik di sini ya yang kayak gini. Bukan soal tinggi badan, berat badan, warna kulit, atau rambut dan sebagainya itu. Hehe.

Intinya, yah “Don’t judge a book by its cover” lah.. [apa hubungannyaaaa coba.. hahaha9] Nanti kapan waktu saya sempat nulis lagi tentang yang lainnya, hehe..

Dan walaupun saya ini kadang terlihat jutek, tapi sebenernya enggak kok, beneran deh.. [yah kadang-kadang sih saya jutek, hehe, tapi kalo udah kenal saya beneran saya itu.. yah kalian bisa nilai sendiri, hee...]