Gadisku masih di situ, di halaman kantornya, asik sendiri dalam dunianya. Sore ini masih seperti kemarin, sejak tadi dia menikmati hujan yang turun pelan-pelan. Kadang dia tersenyum, tapi tak jarang bendungan bening di matanya rebak mengaliri pipinya yang bersemu merah jambu bak dikecup sang surya.
Gadisku, yang selalu manis walau tak pernah cantik, entah apa yang dia lihat dan dengar dari hujan yang selalu sama tiap kali. Tapi biarlah, karena itulah aku bisa melihatnya setiap kali hujan turun. Mencintainya dalam diam, entah sejak kapan.
Ah ya,, kenalkan, namaku Kupla, seekor kutu rambut yang tak sengaja terdampar di kepala satpam kantornya.
P.S.: Cerita ini sebenernya udah pernah saya buat, jauh lebih panjang dan lebih absurd, tapi juga lebih berasa feelnya[buat saya sih gitu, hehe]. Tapi karena saya mau coba-coba bikin cerpen seratus kata ya jadilah ceritanya kayak begini, dengan penyesuaian besar-besaran tentunya, haha9. Versi aslinya bisa dibaca di sini.
pinter bener bikin ceritaaa..anak siapaaa coba?!hehe
ReplyDeleteditunggu yang versi 1000 kata
ReplyDeletehehehehe
wahhhhh.... jgn2 dah punya novel buatan sendiri nih...^^
ReplyDeleteah jeng prizt.... :16
ReplyDeleteyang versi asli cuma 651 kata ternyata, gak sampe 1000 kata, heu... :40
wuaaaaaaa, maunyaaaa, mbaaa...
pengen banget punya novel sendiri,,,, :44
busyeeed dah!!
ReplyDeletejadi kutu
hogg hog
kaciiian
hok oh...
ReplyDeleteabisan kalo debu ntar kelewat absurd pula, biar itu ada di versi asli aja dah, hehe