Friday, 7 October 2011

A Journey To Green Canyon, 30 Sept - 2 Oct 2011



Well, seperti judulnya, tulisan ini isinya adalah cerita liburan saya akhir pekan kemarin. Awalnya gak kepingin nulis, tapi kalau diinget-inget lagi udah lama banget saya gak serius nulis, seringnya cuma ngoceh-ngoceh gak jelas. Dan sekarang saya jadi kepingin nulis, tapi karena bingung mau nulis apa, jadi ya nulis cerita liburan kemarin saja. Hoho.

Nah! Awal cerita adalah bermula dari seorang teman saya, sebut saja Resty –nama sebenarnya-, yang tiba-tiba mengajak saya untuk berlibur ke Pangandaran dengan cara membeli paket liburan yang dijual di sebuah website diskon. Dan karena sifat asli saya yang amat impulsive, tanpa berpikir panjang saya menerima ajakannya, karena dilihat dari segi hargapun lumayan murah selain itu beberapa kali saya ke Pangandaran bersama keluarga tapi belum pernah mencoba body rafting. Hanya dengan membayar 500ribu saja sudah termasuk semua, mulai dari transport sama akomodasi dan lain-lain, meski kemudian agak mengecewakan. Nanti saya akan ceritakan.

Akhirnya kami sepakat –saya, Resty, dan Ajoe- untuk membeli paket liburan tersebut. Iya, saya memang suka sekali jalan-jalan. Dan saya tidak pernah membatasi diri saya untuk melulu jalan-jalan dengan satu gaya saja. Gak melulu saya jalan-jalan dengan cara backpacker-an, kadang juga saya menggunakan jasa travel seperti yang pernah saya gunakan sewaktu jalan-jalan ke Pulau Tidung Desember tahun lalu. Karena buat saya, masalah label itu sama sekali bukan hal yang penting, yang terpenting adalah saya pergi jalan-jalan. Jadi gak peduli deh, mau pake backpack kek, pake koper kek, pake tas jinjing kek, gak pake apa-apa sama sekali juga ya terserah, yang penting jalan. Buat saya esensinya adalah saya mendapat satu pengalaman baru lagi.




Nah sudah, lanjut ke cerita awal. Jadi kami sepakat untuk berangkat tanggal 30 September 2011. Jadi hari itu kami janjian di PasFes, sekaligus janjian dengan pihak travel. Di situ saya baru berkenalan dengan peserta yang lainnya yang adalah teman-teman sekantor Resty. Setelah makan malam, kami berempat belas –saya, Resty, Ajoe, Surya, kokoh Albert, Gede, kak Opik, mbak Susan, mbak Sari, mbak Dina, mbak Silvy, kokoh Nico, termasuk sopir dan si pengurus trave Andri- memulai perjalanan ke Pangandaran mengendarai elf yang memaksa pantat kami saling berhimpitan saking sempitnya. Pangandaran, here we come!

Setelah menunggu dalam kesempitan yang menyiksa selama kurang lebih 10jam perjalanan, akhirnya kami sampai juga di…. Masjid Agung Pangandaran! Hari itu masih pagi dan rencananya adalah menikmati sunrise tapi karena sudah telat dan langit juga mendung akhirnya acara itupun terpaksa dibatalkan. Setelah sholat Subuh dan bersih-bersih perjalanan dilanjutkan ke Green Canyon. Yap, acara utama kami adalah body rafting di Green Canyon yang tersohor itu.

Sampai di Green Canyon hari masih pagi, baru sekitar pukul setengah tujuh. Sebelum body rafting kami sarapan dulu, nasi goreng telor ceplok yang rasanya agak aneh meskipun ada seorang teman yang nambah yah [piss, kak Opik, saya gak nyebut nama kok bener deh..] Setelah sarapan, kami pun siap untuk memulai petualangan. Tapi ternyata oh ternyata kami harus menunggu sampai pukul sembilan karena ticket office-nya baru buka jam segitu. Sambil menunggu, kami mulai bernarsis diri di depan rumah makan yang pemandangannya lumayan indah.




Tepat pukul sembilan kami langsung menuju area body rafting, hanya tinggal jalan kaki saja dari tempat parkir mobil di depan rumah makan tadi. Selanjutnya dengan menggunakan perahu motor kami menelusuri aliran sungai yang berwarna hijau jernih. Pepohonan hijau rindang di kanan kiri sungai serta langit biru yang cerah menambah keindahan sungai Green Canyon. Bener-bener hijauuuuuuu dimana-mana. Tapi kekaguman saya ternyata belum berhenti sampai di situ. Tak lama, dinding-dinding di sepanjang aliran sungai ditutupi tembok bebatuan alami yang amat sangat menakjubkan. Demi melihat ini semua saya menjadi amat bersyukur karena bisa menikmati keindahan alam yang begitu mempesona.

Setelah dibuat terpesona oleh keindahan sungainya, sampailah kami pada titik awal untuk memulai body rafting. Dari sini saya mulai bingung, katanya body rafting tapi kok gak dikasih peralatan sama sekali? Dari yang saya baca di beberapa blog, body rafting memerlukan banyak peralatan keamanan, sedangkan kami hanya diberi lifevest saja. Saya diam saja, mungkin memang berbeda atau apa. Jadi setelah mengenakan lifevest kami disuruh untuk turun ke sungai dan mulai berenang menelusuri aliran sungai.

Aliran sungai kali ini agak berbeda dengan yang sebelumnya. Kali ini di kanan kiri sungai terdapat bebatuan dan dinding batu yang tak kalah indah. Stalagtit dan stalagmite juga ikut memperindah langit-langit bebatuan. Ah ya, di sepanjang sungai ini juga kadang terdapat dinding bebatuan yang membentuk langit-langit yang membuatnya jadi tambah cantik. Kami terus berenang menelusuri sungai, dan well agak berat karena kami harus melawan arus. Belum lagi sedikit-sedikit berhenti untuk bernarsis ria.




Setelah berenang agak lama akhirnya kami sampai di batu loncat setinggi lima meter. Jadi untuk loncat dari batu ini, kami harus menaiki dinding batu yang curam dan licin sehingga dibutuhkan kehati-hatian yang tinggi dan fokus yang besar. Dengan semangat 45, saya, Ajoe, Surya, dan Gede naik ke atas batu loncat ini. Bukan hal yang mudah untuk bisa sampai ke atas, dinding yang curam dan hampir tegak juga licin membuat kami kesusahan naik. Tapi untunglah akhirnya sampai juga di atas. Karena sungguhan deh, kalau gak hati-hati dan tergelincir, saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, karena di bawah sana batu-batu yang pastinya amat keras menanti dengan tenang.

Sampai di atas bukannya membuat kami lega tapi malah jadi tambah deg-degan karena harus menghadapi tantangan berikutnya, yaitu loncat dari ketinggian lima meter. Hanya dengan melihat ke sungai yang ada di bawah saja saya jadi tambah takut. Tapi itulah satu-satunya cara untuk bisa turun ke bawah, tak mungkin kalau harus melewati dinding batu tadi, itu jauh lebih berbahaya. Jadi dengan hati yang dikuat-kuatkan sedemikian rupa, dan membaca doa-doa segala rupa, saya berani juga loncat. Rasanya? Beuhh, begitu deh. Rasanya saya sudah loncat sejak tadi tapi kok gak sampai-sampai ke sungainya. Mungkin gak sih orang yang nekat bunuh diri tuh merasa menyesal saat penantian sampai ke bawah itu? Karena saya yang hanya loncat lima meter saja merasa amat lama sekali untuk sampai di bawah, apalagi yang terjun dari lantai berapa gedung apa, pasti sempet merasa menyesal deh.

Dan rasanya pas sampai di bawah itu, saat tubuh saya menyentuh sungai dengan suara yang lumayan, rasanya tuh sakit sekali, seperti ditampar. Pantat saya jadi sakit. Tapi rasa sakitnya gak sebanding dengan rasa puas yang saya dapet. Rasanya puas sekali bisa mengalahkan ketakutan saya. Pokoknya, harus coba deh kalau ke sini. Dan, guess what? Yap, saat kembali dari poin akhir, saya loncat sekali lagi dari batu itu. Haha, rasanya ingin mengulang lagi lagi dan lagi, bikin ketagihan banget. Setelah dilihat-lihat  video saya loncat dari batu itu malah jadi bikin ketawa, seharusnya saya bisa loncat dengan gaya yang lebih oke, hahaha. Nah untuk videonya bisa dilihat di sini ya http://www.facebook.com/photo.php?v=10150343209084887

Nah, setelah acara loncat-loncat, kami lanjut menelusuri sungai sampai ke titik akhir yang berupa aliran sungai yang membentuk semacam jacuzzi, hanya saja yang ini dingin sekali. Di situ kami bermain air agak lama, mencoba rasanya dipukul-pukul air yang seperti dipijat itu. Yang masih terngiang adalah, di situ kami mengkhayal tentang mi rebus telor pakai cabe rawit yang diiris-iris plus teh manis hangat dan pisang goreng yang pastinya amat nikmat. Yah, itu karena kami sudah merasa amat kedinginan dan kelaparan.




Puas bermain jacuzzi alami, kami kembali berenang menuju titik awal. Kali ini jauh lebih ringan karena hanya mengikuti arus sungai saja, bahkan sebenarnya kami tak perlu berusaha sama sekali, dan airpun akan membawa kami ke titik awal. Cukup telentang menghadap langit dan menikmati keindahannya. Di sinilah saya lagi-lagi terpesona. Pada saat perjalanan kembali ini, kami melewati dinding batu dan pohon yang ternyata meneteskan ribuan air. Jadi pada saat kami melewatinya, maka ribuan tetes air itu akan mengenai wajah kami. Rasanya seperti bintang-bintang berjatuhan dan menuju kepada saya. Saya hanya diam dan menikmati bintang-bintang itu mengecup saya satu-satu. Ah, indah sekali….

Setelahnya kami kembali ke perahu motor di titik awal tadi untuk kemudian menyusuri sungai lagi ke pintu masuk. Hari sudah siang saat itu, jadi setelah bersih-bersih dan ganti baju kami langsung makan siang di rumah makan tempat sarapan tadi. Sempat khawatir kami bakalan dikasih menu nasi goreng aneh lagi, tapi ternyata tidak, menu makan siangnya cukup enak, ikan segar yang dibakar dan cah kangkung plus lalapan serta sambalnya. Rasanya nikmat sekali setelah lelah bermain air. Haha.

Perut sudah terisi kenyang maka kami melanjutkan perjalanan ke pantai Batu Karas. Kurang lebih setengah jam kami sudah sampai di pantai ini. Di sinilah mulai terbuka rasa tidak enak yang mengganjal sejak tadi pagi. Jadi entah bagaimana awalnya tiba-tiba kami membahas bahwa yang tadi kami lakukan itu bukanlah body rafting, tapi hanya berenang biasa saja. Dan karena hanya seperti itu saja maka kami merasa ditipu dengan iklan yang dibuat oleh si pengelola travel. Pada iklannya paket kami ini diberi harga sekitar satu juta perorangnya, tapi didiskon jadi 500ribu saja perorang, dengan catatan ada kegiatan body rafting. Dan karena kami tahu kalau body rafting memang mahal, maka kami pikir dengan harga segitu ya boleh juga lah, lumayan murah kan jadinya. Tapi ternyata yang kami dapat hanya seperti itu saja, yang dari pengelola Green Canyon pun katanya jauh lebih murah ketimbang body rafting yang sungguhan.

Akhirnya karena merasa ditipu, kokoh Nico berbicara dengan Andri si pengelola travel yang ikut di mobil kami. Setelah berdebat sana sini, akhirnya kami diberi ganti rugi seharga satu kali bermain banana boat. Hanya saja memang tidak semuanya mau ikut, saya, Ajoe, Resty, Surya, kokoh Nico, kak Opik, dan mbak Sari saja yang mau. Jadilah kami berdelapan ditambah Andri bermain banana boat di pantai Batu Karas. Dasar kami yang emang hobi yah, setelah puas main banana boat, kami mencoba permainan lain kali ini butterfly tetapi yang ini pakai uang sendiri. Dan kali ini kak Opik dan Andri tidak ikutan, tinggallah kami berenam. Dan well, lebih baik untuk tidak diceritakan tentang permainan yang ini, tentang bagaimana wajah Ajoe menghantam butterfly berkali-kali karena berusaha bertahan agar tidak jatuh meski akhirnya terjatuh juga, tentang bagaimana Surya yang harus menahan sakit karena errr salah satu bagian tubuhnya harus kepentok berkali-kali yang akhirnya pun jatuh juga kali ini lagi-lagi Ajoe ikutan jatuh sekali lagi, tentang saya, Resty dan mbak Sari yang berusaha menahan sakit di salah satu bagian karena terpental-pental, atau tentang kokoh Nico yang kepingin merasakan sensasi yang dirasakan Surya tapi ternyata keburu selesai permainannya. Sayang sekali, Andri sudah cerewet menyuruh kami untuk bersih-bersih, padahal kami kepingin mencoba satu permainan lagi yang sepertinya juga seru. Tapi ya sudahlah.




Kami bersih-bersih sekali lagi. Mandi-mandi lagi. Meski kali ini kamar mandinya lebih oke dan airnya tawar tidak seperti yang di Green Canyon, airnya asin. Selesai bersih-bersih kami melanjutkan perjalanan ke Batu Hiu untuk menikmati sunset. Sayang, sampai di sana malah berkabut. Matahari tak terlihat sama sekali dan yah tak ada yang bisa dinikmati, jadinya kami hanya berkeliling saja. Masih tak mengira sama sekali bahwa kami akan bermalam di sekitar situ, kami masih berpikir akan bermalam di sekitar pantai Pangandaran, karena kami sama sekali belum ke Pangandaran sepanjang perjalanan ini.

Dan ternyata, yang terjadi adalah kami menginap di homestay sekitar situ. Lagi-lagi kami harus kecewa, dan tidak bisa protes karena toh percuma. Inilah yang membuat saya terkadang tidak percaya pada travel agent. Mereka terkadang selalu punya jawaban atas protes-protes. Padahal sejak siang kami sudah bertanya pada Andri akan menginap di mana, dan dia hanya menjawab belum tahu. Jawaban yang sama sekali tidak professional. Belakangan kami mengira karena dia takut kami tuntut lagi kalau kami tahu kami hanya akan menginap di situ dan bukan di Pangandaran.

Yah, malamnya yang tadinya saya kira bisa bersantai di pinggir pantai sambil makan jagung bakar itu pun harus segera saya lenyapkan dari angan. Yang ada kami malah bermain kartu sampai ketawa-ketawa heboh. Jadi awalnya kami bermain cangkulan, yang kalah harus dicoret wajahnya pakai lipstick tapi permainan ini kurang seru karena lama selesainya (dan kokoh Nico selalu kalah, hahaha). Akhirnya kami bermain tepok nyamuk. Nah kali ini seru sekali karena yah bisa dibayangkan kan yah. Semua tau kan permainan ini? Pasti tau. Ujung-ujungnya yang wajahnya tadinya bebas lipstick sekarang belepotan lipstick dimana-mana. Dan kokoh Albert yang gak pernah kalah pun kami paksa untuk dicoret-coret wajahnya demi keadilan sosial. Haha. Bahkan Gede yang tidak ikut bermainpun kami coret-coret.




Karena capek bermain dan mulai merasa bosan, kami lalu memutuskan untuk keluar, mencari satu-satunya warung yang ada di dekat situ. Kebayang sepinya kan? Yah, apa boleh buat, daripada tidak ada sama sekali kan. Di warung hanya bertahan sebentar saja, sisanya kami kembali ke rumah dan tidur di kamar masing-masing. Masalah kasur pun sempat membuat kami kesal. Kami berdua belas dengan formasi tujuh cewek dan lima cowok, tapi kasur yang disediakan hanya lima. Dengan pembagian rata satu kasur untuk berdua saja itu masih kurang, tanpa berpikir kalau tidak mungkin cewek cowok di satu kasur yang sama. Akhirnya setelah (lagi-lagi) berdebat, Andri memberikan jatah kasurnya untuk kami. Ya salah sendiri dong, dia kan bisa hitung, anak SD yang baru belajar hitung-hitungan juga tahu kalau dua belas dibagi dua itu enam, bukan lima. Tapi ya sudah, kami bisa tidur juga, gak peduli deh Andri tidur dimana.

Paginya karena memang waktunya mepet akhirnya kami hanya sempat sarapan –yang lagi-lagi nasi goreng meski rasanya emang lebih baik sih- dan poto-poto sebentar di taman Batu Hiu. Setelahnya kami bersiap untuk kembali ke Jakarta dengan kesempitan yang yah begitulah. Dan setelah macet di beberapa tempat, akhirnya kami sampai juga di Jakarta setelah perjalanan yang lagi-lagi sepuluh jam.




Well begitulah, meski ada beberapa kejadian yang mengecewakan, tapi saya tetap senang. Saya mendapat pengalaman baru, mendapat wawasan baru, dan juga mendapat teman baru. Yap, sembilan orang teman baru yang bersama kalian saya menghabiskan satu akhir pekan yang indah, seindah sungai Green Canyon yang menghijau. Well, semoga suatu saat kita bisa kembali berlibur bersama. Entah kemana entah kapan.

Begitulah, setiap perjalanan pasti akan menyisakan sebuah kenangan dan kesan. Ada suka dan dukanya, tapi selalu ada tawa yang mengiringi. Dan itu semua, suka duka, pengalaman, canda tawa, wawasan baru, semua tak bergantung dari gaya jalan-jalan seseorang, entah itu dengan gaya backpack atau gaya koper atau gaya jinjing, entah itu sendirian atau lewat travel sekalipun. Itu semua bergantung dari perjalanan itu sendiri dan orang-orang yang melakukan perjalanan itu. Semuanya pasti punya kesan sendiri. Jadi, berjalan-jalan lah. Pergi keluar untuk menikmati keindahan alam, mengambil pelajaran dari alam sekitar, syukur-syukur bisa menambah kualitas diri kita. Tapi yang jelas seketika akan merasa bahwa Tuhan memang maha besar, maha agung, dengan segala ciptaanNya yang begitu indah. Dan saat itupun kita akan bersyukur, bersyukur mendapat privilege untuk menikmati itu semua.

So, let’s go!!!

The world is a book, those who do not travel only read a page. [St. Agustine]
It's not about the destination, it's about the journey! [me]


6 comments:

  1. kerenkerenkerenkerenkerenkeren

    jadi kepengen kesana tapi no money..hehehe

    ReplyDelete
  2. Pangandaran kyaknya pntainya indah yo mbak, blm prnah ksana seh hehe...

    ReplyDelete
  3. wah kemarin aku juga dari sana, tapi sayang airnya lg deras, warna airnya kuning, tapi seru banget msh bisa dipake body rafting dari hulu ke hilir, selama 4 jam mengarungi sungai,hehehe...

    salam kenal!!

    ReplyDelete
  4. Kunjungan perdana, lamkenal ya mbak.

    ReplyDelete
  5. Mau coba bersnorking di laut sambil melihat-lihat ikan.

    ReplyDelete
  6. Mau coba bersnorking di laut,sambil melihat-lihat ikan berenang.

    ReplyDelete

Makasi udah baca ocehanku ini, apalagi kalau mau ninggalin komen, hehe.. ^^