"Kenapa putus? Aku salah apa?"
"Karena ternyata kamu sama saja dengan perempuan lain. Kita gak bisa bersama-sama lagi."
--------
"Kenapa kamu selalu jahat terhadapku?"
"Karena itu kamu. Bukan perempuan lain. Kalau dengan perempuan lain aku baik kok, gak jahat."
--------
"Kenapa kamu selalu kasar terhadapku? Padahal kamu bisa selembut itu memperlakukan dia?"
"Tentu saja berbeda. Kamu kan bukan dia."
--------
"Jadi sebenarnya seperti apa?"
"Sebenarnya kamu salah paham. Itu saja."
--------
Jadi aku salah paham. Begitu?
Yang aku pahami dari kamu, kamu, kamu, dan kamu, ya... dari kalian, lelaki-lelaki yang pernah mampir dan mencoret-coret halaman putih buku usangku, hanyalah bahwa aku tak layak untuk kalian perlakukan dengan baik.
Yang aku pahami dari kalian hanyalah bahwa memang salahku karena aku adalah aku, perempuan yang hanya pantas diperlakukan setengah hati atau bahkan tanpa hati.
Yang aku pahami dari kalian adalah bahwa aku tak cukup punya hak untuk mengetahui alasan mengapa aku bersalah karena aku adalah aku sehingga aku pantas diperlakukan dengan buruk sekalipun.
Dan aku cukup paham bahwa apapun alasan kalian untuk berlaku jahat, kasar, setengah hati, atau bahkan tanpa hati sekalipun, itu semua hanya alasan.
It's all okay. Aku masih tetap bisa menegakkan kepalaku ketika berjalan di depan kalian. Aku masih tetap bisa tersenyum manakala bersisian dengan kalian. Aku masih tetap bisa bertanya balik bagaimana kabar kalian ketika kalian menyapa.
Karena aku adalah aku.
Dan entah kapan atau dimana, aku yakin akan ada seseorang yang nantinya akan memperlakukanku dengan layak, dengan pantas, bukan karena seribu satu alasan, tapi karena aku adalah aku.
Dan selama itu, aku akan selalu baik-baik saja. Kalian toh hanya mampir saja. Bukan ingin menetap.
It's all okay.