Kamu… serupa lollipop, berwarna warni, manis, kadang kelewat
manis.
Iya, kamu betul serupa lollipop. Lollipop pelangi yang
pernah kamu belikan untukku. Sedang aku persis anak perempuan umur tiga tahun
yang terus saja merajuk untuk segera dibelikan lollipop itu. Detik berikutnya
aku sudah terbius warna-warni cantik yang meliuk-liuk di seluruh permukaannya,
mengira-ngira akan semanis apakah rasanya.
Aku terus saja membawanya ke sana dan ke mari, kemana-mana. Memegangnya
dengan penuh rasa sayang, menjaganya seraya memamerkannya kepada siapa saja
yang kebetulan melintas. Begitu bangga mana kali ada mata lain yang iri melihat
lollipop yang kupegang.
Aku begitu menyukai lollipopku itu. Meski pada akhirnya aku
tak pernah tahu bagaimana rasanya. Karena tebak? Aku tak ingat di mana aku
meletakkannya terakhir kali. Lollipopku hilang. Seperti kamu.
P.S. : Saya tidak sedang membicarakan kamu. Iya, kamu. Well,
kamu boleh mengaku kalau kamu selalu mengira kamulah yang saya bicarakan. Meski
nyatanya, bukan. Well, kadang-kadang iya. Tapi bukan kali ini. Demi lollipop-lollipop
yang ada di muka bumi, kamu itu gak manis. Gak pernah manis. Meskipun satu
kali.
ihh cerita lolipop yang tahu atarinya kalau itu adlah lolipop
ReplyDeleteakhirnya mbak kembali updateeeee senangggg
ReplyDelete