Tuesday, 22 July 2014

Secarik Kertas Menunggu Pena

Lagi-lagi langit menumpahkan seluruh muatannya hingga buncah kepada bumi. Seperti aku yang tak lagi mampu menahan seribu rasa yang terus mendobrak untuk keluar.

Lalu apa lagi yang bisa aku lakukan?

Seperti patung, aku hanya mampu membisu. Melihatmu terus berlari. Menelan segala tanya yang meruap memenuhi udara yang ku hirup hingga hampir mencekik tenggorokanku. Menahan bendungan asa yang kian lama semakin menggerogoti ulu hati. Bagaimanalah ini?

Seperti patung, aku takkan mampu bergeming. Memangnya aku punya pilihan? Sedang mereka tak lagi tahu yang ku tanggung seorang diri. Tidak juga denganmu.

Lalu apa lagi yang bisa aku lakukan?

Bila tanya yang lahir memang tak pernah membutuhkan jawab sejak awal mula, lalu aku bisa apa?

Bila hati yang melahirkannya pun melulu menutup diri dari segala jawab yang mungkin ada, lalu aku bisa apa?

Mengapa tak kau sudahi saja? Toh hanya membuat air semakin keruh padahal sedari kemarin aku sudah menahan diriku untuk tak lagi melemparkan apapun ke dalam sungai itu.

Lagipula, aku masih tahu jalan pulang. Entahlah denganmu. Atau mereka.

****
Hei, kamu.
Segini saja cukup?
Atau kamu masih inginkan lagi?

2 comments:

  1. Tak usah menunggu pena yg mungkin juga menunggu tinta,,,
    banyak hal yg bisa dilakukan sembari menunggu :)

    ReplyDelete

Makasi udah baca ocehanku ini, apalagi kalau mau ninggalin komen, hehe.. ^^