Monday, 1 September 2014

Congratulation for your happy life..

Ketika kamu bahkan tidak sudi membalas satu pesan singkatku, semestinya aku tahu diri untuk segera berhenti. Bahwa aku harus menerima dengan lapang hati, jawaban serta penjelasan yang menjadi hakku tak lagi tersedia. Jika pesan singkat saja kamu biarkan dalam diam yang membeku, mengapa aku berharap penjelasan panjang kali lebar?

Sebentuk pemahaman tiba-tiba merembesi kepalaku yang kelewat keras berharap padamu, pada kata-kata yang terlanjur kamu ucapkan, pada mimpi-mimpi yang terlanjur kamu kepulkan. Rembesan pemahaman itu menetesi satu-satu lembaran tipis harapanku. Hingga selayaknya selembar kertas yang melulu takdirnya takut akan air, seperti itu lah harapanku yang kian menipis dan rapuh. Sekali tumpah, hancurlah sudah.

Pemahaman itu telak membuat segalanya lagi-lagi carut marut. Oh betapa mudah bagimu menjalani semuanya. Pemahaman yang menamparku sedemikian keras hingga aku terjungkal tanpa aba-aba. Tentu saja.

Hanya satu yang ku sayangkan, kenapa kamu tak pernah mengatakannya langsung padaku? Alih-alih diam tanpa jawaban. Terima kasih karena telah memberitahuku, meski secara tak langsung, bahwa kamu bahagia di sana, bahwa kamu menikmati hidupmu tanpa beban perasaan apapun di sana, bahwa kamu akan selalu baik-baik saja seperti biasanya.

Dan betapa mahalnya satu kalimat penutupan yang aku kira masih bisa aku dapatkan. Yah, sudah sejak lama aku berhenti berharap akan satu karangan penjelasan. Tak lagi begitu. Kini, satu kalimat penutup saja darimu. Itu saja. Itu pun jika kamu masih cukup jantan dan tak bertingkah seperti pecundang yang kesiangan.

Ya, aku tahu. Aku harus melangkah pergi. Kali ini untuk selamanya bukan?

No comments:

Post a Comment

Makasi udah baca ocehanku ini, apalagi kalau mau ninggalin komen, hehe.. ^^