Thursday, 15 July 2010

AKU : Hanya Sekedar Konfirmasi


Tulisan kali ini sebenernya masih ada hubungannya dengan tulisan saya kemarin lusa, yaitu tulisan tentang malu dan maaf. Nah kok malah ditulis lagi? Jadi gini, ada yang komen di situ sampe panjang bener euy, [makasih loh buat komennya], yaitu Patlu itu Fahmi. Nah komennya kayak gini, [ini saya copas aja sekalian ya] :


wah panjang bener ni tulisannya...tapi asyik,,dengan gaya anak muda...xixixixxi...sayah suka dengan temanya...malu dan maaf...


dulu sayah punya pendapat yang sama seperti mbaknya yang tentang pengamen...ketika ada pengamen di bus atau di rumah kontrakan sayah yang sama sekali tak punya keahlian di bidang menyanyi ataupun maen gitar, sayah selalu berpikir hal yang sama dengan mbaknya,,,mereka ini pengemis yang berkedok pengamen.

namun skrg hal itu sudah berubah. Semenjak sayah memutuskan untuk menelusuri kehidupan anak jalanan dengan menjadi bagian dari mereka.

setiap sore sepulang kuliah,,,sayah menjelma menjadi salah satu dari mereka, menjadi bagian dari mereka. Pengamen.

dari situlah sayah tahu,,, betapa beruntungnya sayah dan orang2 yang masih bisa hidup dengan tidur beralaskan kasur didalam rumah. makan pun sudah ada yang menjamin yakni ortu kita atau pendidikan yang bisa kita kenyam dari mulai TK.

tapi mereka,,mereka yang sering kita caci maki dalam hati karena terlalu memaksakan menjadi pengamen meski tak punya modal suara dan bakat bermain musik, mereka tak seberuntung kita. mereka harus berjuang bertahan hidup dijalanan tanpa dibekali apa2. ada sebagian dari mereka yang memang tak memiliki bekal apa2 selain mengemis dan mengamen. Mereka terkadang harus berhadapan dengan satpol PP, preman, bahkan maut ketika sedang berjuang menyambung hidup, mencoba bertahan dari kerasnya gerusan manusia2 yang semakin tidak peduli dengan sesama, yang hanya mementingkan diri sendiri, yang hanya bisa marah2 (dalam hati atau secara langsung),tanpa pernah tahu bagaimana kehidupan mereka, latar belakang kenapa mereka jadi pengamen atau pengemis, tanpa pernah tahu sekeras apa hidup di jalanan.

tak sedikit pula mereka melakukan itu demi ibu dan bapak mereka yang sudah tua renta.

sering memang, tanpa kita sadari, kita selalu menjudge dan menyalahkan seseorang, tanpa pernah kita tahu latar belakang mengapa mereka sepeerti itu.


sayah tidak bermaksud untuk menyerang mbaknya,,,hanya saja, sayah ingin mengingatkan atau paling tidak sekedar berbagi, bahwa mereka (para pengamen dan pengemis) bukannya tak ingin mengubah nasib mereka. Mereka juga punya mimpi seperti orang lain. mereka juga tak ingin selamanya jadi pengamen dan pengemis semasa hidupnya, mereka juga punya mimpi. Tapi, kondisi di negara sayah ini tak selalu berpihak pada mereka.

jika sayah kaitkan dengan malu dan maaaf seperti tema mbaknya. maka sayah akan bilang bahwa kita lah yang seharusnya malu ketika melihat mereka yang seperti sang sopir, si ibu atau pun pengamen dan pengemis, karena kita hanya bisa marah2 atau mengumpat atau menyalahkan mereka yang (mungkin) tak pernah diajari tat krama, sopan santun dan budaya minta maaf serta malu.

kita sudah lupa,,,bahwa mereka juga saudara2 senegara, jika kita merasa malu dengan apa yang mereka lakukan atau kerjakan, maka jangan hanya mengumpat atau marah2 tapi doing something untuk mengajari mereka, untuk membantu mereka, untuk sedikit mengangkat harkat mereka.

ah ,,,sayah rasa ini sdah terlalu panjang...


sayah jadi inget peribahasa yang dulu sering saya dapatkan sewaktu SD,,,

gajah di pelupuk mata tak tampak namun semut di seberang lautan nampak.

itulah kita,,,kita yang termasuk pula sayah...
tak lupa sayah ucapkan maaf bila ada salah kata dari sayah...
sayah hanya berbagi atas apa yang pernah saya alami.

salam hormat dari sayah

Nah panjang banget khan, heu.. Lalu saya bales gini, :

bukan, bukan gitu maksudnya
khan tadi di atas pun saya udah bandingin pengamen maksa itu dengan nenek2 yang masih dengan gigihnya mencari bekas-bekas botol plastik yang masih bisa dijual,
nah poin saya di sini adalah kenapa si laki-laki pengamen ini gak coba aja pekerjaan lain yang emang dia bisa ketimbang maksain diri jadi pengamen. hei, dia khan bisa jadi kuli bangunan kerja pake tenaganya, atau dia bisa jadi pengumpul botol bekas tadi kayak si nenek itu khan bisa juga, apa aja asal jangan maksain, itu aja kok. Bukan, bukannya ndak mau tau kehidupan mereka. ah saya juga bukan dari keluarga yang kelewat gemerlap kok meski emang sejak TK pun saya udah dapet pendidikan yang layak, tapi di sekitar rumah saya, lingkungan saya tinggal pun banyak orang gak punya, tapi gak serta merta kayak laki-laki pengamen tadi, percaya atau gak saya kenal dengan salah satu nenek pengumpul botol bekas itu, dan saya acungin jempol untuknya yang masih mau bekerja keras dan gak mau menadahkan tangannya begitu aja.

Hei, hidup itu pilihan, saat keadaan sepertinya tak memberi kita pilihan maka yang harus kita lakukan adalah membuat pilihan itu jadi ada.
well mungkin saya cuma bisa ngomong tanpa tau gimana aslinya kalo saya yang jadi mereka, tapi saya tau beberapa dari yang kurang beruntung itu yang masih punya harga diri dengan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka, entah dengan jadi pengumpul sampah, tukang sapu, tukang cuci, atau apalah, setidaknya mereka gak maksa, setidaknya mereka masih ngejual tenaganya.

Nah untuk kita yang tau tentang itu dan gak kasih tau kalo itu tu kurang baik[itu menurut saya], bukannya malah kita semakin menjerumuskan mereka ya dengan kita ngasih gitu ke laki-laki pengamen tadi dan sejenisnya?
jujur aja, sebelumnya saya juga ngasih, cuma kok setelah yang satunya dikasih eh gak berapa lama muncul lagi yang lain lain dan lainnya lagi, banyak banget dan gak mau pergi kalo belum dikasih, udah ada setidaknya lima pengamen maksa bahkan sebelum makanan pesenan saya sampe di meja, kebayang gimana keselnya gak? jadi besok2nya saya kapok, karena menurut saya itu bukan hal yang baik.
mereka akan ngerasa "nah khan cukup aja gw kayak gini toh mereka ngasih kok" dan itu gak baik menurut saya, mereka jadi gak mau mikir cara yang lebih baik.

Hmm, tapi thanks loh buat pendapatnya.
I appreciate it so, :)
entah lah, mungkin emang saya yang gak bisa aja berpikir dengan cara itu.
karena menurut saya, selama masih bisa berusaha dengan cara lain, maka itu lebih baik.
kecuali dia sungguhan bisa bernyanyi dan bermain gitar, setidaknya dia pantes untuk kerja jadi pengamen.

Lalu dibales lagi sama Patlu, begini :

inilah indahnya perbedaan...

hanya beberapa poin saja yang ingin sayah sampaikan kembali...

1. bahwa mereka tak seberuntung sayah, jadi sayah sama sekali tak berhak menjugde atau pun menyalahkan mereka atas ketidak sukaan sayah pada pengamen yang sudah suaranya jelek, tak bisa maen gitar pula.

2. selama sayah belum mampu membantu mereka utk memberi skill dan membuka lapangan kerja bagi mereka yang itu berarti sayah hanya berdiam saja,,,tanpa mampu doing something,,,maka sayah sama sekali tak punya hak untuk,,,bla..bla...bla...bla..terhadap mereka...


thanks ya mbak...
sayah senang karena sayah jadi dapet ilmu dari mbaknya...

salam hormat dari sayah...

So, yang mau kamu omongin apa, neng? Gini gini, ada yang saya setuju dari komennya Patlu ini ada yang enggak. Kok gitu? Ya wajar dong, khan tiap orang punya cara berpikir masing-masing, jadi wajar aja manakala ada perbedaan pendapat. Iya khan? Nah daripada saya bales lagi di kotak komen mendingan saya posting di sini aja deh ya. Karena bakal jadi panjaaaaaaang banget deh, dan masuk kalo di kotak komen. Heheu.

Jadi gini, pertama saya dalam postingan saya sebelumnya yang ingin saya tekankan adalah mengapa si pengamen laki-laki yang terlihat masih muda dan punya badan sehat dengan tidak malunya memaksakan diri jadi pengamen bahkan dia gak bisa bernyanyi dan bermain gitar sedangkan gak sedikit nenek-nenek yang udah tua masih aja berusaha keras dengan cara mengumpulkan sampah botol bekas atau apapun yang masih bisa dijual. Itu saya tekankan dalam pertanyaan "Gak malu kah laki-laki tadi kalo semisal ketemu sama salah satu dari nenek-nenek hebat itu". Nah itu sih salah satu poin saya di tulisan itu. Tentang si pengamen maksa bukan pengamen yang emang bisa nyanyi, bukan. Kalo itu pengamen bisa nyanyi khan seperti yang saya bilang ya di postingan terdahulu, mereka pantas dikasih penghargaan. Dan ini juga bukan tentang pengemis, pengemis yang emang terang-terangan ngemis. Ini tentang seorang laki-laki muda dan sehat yang gak bisa nyanyi dan main gitar tapi maksa jadi pengamen.

Oke, emang dalam tulisan saya itu terlihat sekali kalau saya mengata-ngatai atau apapun lah namanya si pengamen maksa tadi. Khan ini memang blog pribadi yang boleh aja dong nuangin curhatan atau apapun yang kebetulan mampir di benak saya, itu pun sudah saya berikan label curhat di tulisan tersebut. Dan dengan tulisan itu bukan berarti saya kemudian jadi lupa kalo memang si pengamen itu gak lebih beruntung dari saya yang memang sejak kecil sudah terjamin kehidupannya meski ayah saya juga pernah kok kena PHK jaman-jaman pemecatan besar-besaran dulu, dan keluarga kami sempat mengalami kesusahan juga saat itu untuk kemudian ayah saya memilih untuk bangkit dan berusaha dengan cara yang lain.

Dan lagipula saya juga bukan gak tau sama sekali dengan kehidupan orang-orang yang kurang beruntung tadi. Jujur aja lingkungan rumah saya itu bukan lah lingkungan sebuah perumahan yang seperti kebanyakan, tapi rumah saya terletak di sebuah perkampungan yang rata-rata masyarakatnya menengah ke bawah. Ya, rumah orang tua saya memang di perkampungan di Kota Bekasi, itu karena ibu saya yang emang asli Bekasi memutuskan untuk membuat rumah di tanah warisan turun temurun keluarga kami, jadi memang saudara-saudara dari pihak ibu saya pun banyak tinggal di situ. Well, gak sedikit dari nenek-nenek atau wanita-wanita paruh baya yang bekerja sebagai pengumpul sampah atau tukang cuci yang juga sebagai tetangga saya, ya mereka orang-orang yang saya kenal. Bahkan asisten ibu saya pun selalu dari kalangan tetangga saya, beberapa kali ganti asisten selalu tetangga saya, yang emang rumahnya dekat dengan rumah kami.

Poin lainnya yang mau saya utarakan [jangan selatankan ya, apalagi baratkan atau timurkan, ahaha9] di tulisan itu tu tentang betapa hidup itu punya banyak pilihan. Ada banyak pilihan yang bisa kita pilih dalam menjalani hidup. Si pengamen tadi misalnya, dia bisa kok milih untuk bekerja yang lain yang emang lebih cocok untuk dirinya. Misalnya aja ya, kalo emang gak punya ijasah yang bisa dijadikan modal khan dia tetep bisa cari kerjaan yang memerlukan tenaganya, kayak misal jadi kuli bangunan atau pengumpul sampah seperti banyak nenek-nenek yang pernah saya lihat. Ya, si pengamen itu punya pilihan yang sama dengan si nenek-nenek itu. Sama. Hanya saja yang membedakan jatuhnya pilihan mereka adalah ada dalam diri masing-masing, sesuatu yang bernama harga diri.


Hidup ini pilihan. Selalu ada pilihan. Hanya saja kadang kita terlalu terpaku pada apa yang tergeletak begitu saja di depan kita.


Dan poin lainnya adalah tentang kenapa saya malah "bla..bla...bla...bla..terhadap mereka..." seperti yang dikatakan Patlu. Well, sekali lagi, saya di sini sebagai pribadi yang ingin menuangkan apa yang ada dalam benak saya manakala saya melihat pemandangan yang mengusik saya, yaitu "seorang laki-laki muda dan sehat namun tak bisa menyanyi dan bermain gitar tapi maksa untuk mengamen". Itu mengusik saya, dan apa yang saya lakukan terhadap dia bukan hanya sekedar mengata-ngatainya di halaman saya ini. Setidaknya saya udah melakukan sesuatu terhadap dia dengan cara berkata maaf dan gak ngasih dia recehan dengan harapan dia akan sadar bila aja banyak orang yang juga ngelakuin itu ke dia kalo dia itu gak cocok ngamen, kalo dia itu lebih cocok ngelakuin kerjaan yang lain. Bukan malah ngasih dia recehan yang nantinya bakal ngebuat dia berpikir kalo "well, dengan begini ini aja toh ternyata gw bisa kok dapet duit, orang-orang masih ngasih tuh". Nah bukannya kalau begitu saya dan yang lainnya malah ngebuat dia gak maju-maju ya? Tetep aja dengan kerjaannya yang itu, dengan maksa ngamen begitu. Bukan tentang recehan yang gak ikhlas saya kasih itu, karena menurut saya sedekah atau zakat itu pada orang yang emang pantas medapatkannya. Tapi tentang seharusnya dia menyadari kalau dia bisa memilih pekerjaan lainnya.

Dan soal saya bisa "bla..bla...bla...bla..terhadap mereka..." tanpa bisa ngasih lapangan pekerjaan atau apalah itu. Well, menurut saya semua hal pun dimulai dari hal kecil untuk kemudian jadi hal besar. Gak ada yang ujug-ujug langsung ngelakuin hal besar. Kita khan bisa berlari atau berjalan jauh asalnya juga dari belajar jalan dengan merangkak dan tertatih-tatih bukan? Kalo mau nunggu kita bisa nyediain lapangan pekerjaan buat mereka atau nunggu hal-hal besar terjadi, ya kapan dong kita bertindaknya? Kalo mau langsung lari tapi gak mau belajar merangkak ya kapan dong larinya?

Setidaknya saya berusaha melakukan hal yang saya bisa dengan cara mengingatkan si pengamen dengan cara itu dengan harapan dia akan bisa menyadarinya. Walaupun mungkin hanya 1% aja. Setidaknya saya gak membohongi hati saya dengan melakukan hal sebaiknya padahal menurut saya hal itu salah.Setidaknya saya berusaha untuk seperti yang dibilang Patlu "jika kita merasa malu dengan apa yang mereka lakukan atau kerjakan, maka jangan hanya mengumpat atau marah2 tapi doing something untuk mengajari mereka, untuk membantu mereka, untuk sedikit mengangkat harkat mereka" Kalo aja si pengamen tadi udah sadar kalo dia gak cocok ngamen lalu melakukan pekerjaan lain, bukannya itu udah sedikit membantu dia? Mengangkat harkat dia? Yah walaupun kemungkinan itu kecil sekali. Saya marah-marah atau mengumpat di halaman saya ini karena seperti yang saya bilang tadi, saya ingin curhat dan mengeluarkan unek-unek saya. Dan saya menulisnya setelah saya [menurut saya] sudah melakukan sesuatu meskipun hanya sekedar itu saja.

Nah itu hanyalah apa yang ada dalam pikiran saya. Bukan, bukan berarti saya jadinya menjelekkan atau apa terhadap pendapatnya Patlu. Kita khan diciptain unik masing-masing pribadinya, begitu juga dengan cara berpikirnya. Yang perlu saya ingat selalu adalah gak semua orang berpikir dengan cara yang sama dengan saya, dan seperti kata Patlu "inilah indahnya perbedaan..." Yap, dengan begitu kita jadi bisa saling berbagi dengan sesama.

Sungguh, tulisan ini hanyalah sebuah konfirmasi lanjutan tentang cara berpikir dan bersikap saya terhadap masalah "si pengamen maksa". Bukan maksud untuk memojokkan pihak manapun. Sungguh kita semua pasti punya pandangan, cara berpikir, dan juga bersikap yang berbeda. Yang lain mungkin lebih mengartikan suatu masalah dengan cara A, lainnya mungkin dengan cara B. Itu wajar aja, dan memang begitu adanya.

Jadi sekali lagi, saya hanya menuangkan apa yang ada dalam benak saya, bukan membicarakan orang lain, cara berpikirnya atau apapun lah. Maaf ya, Patlu. Tulisan ini gak pernah saya maksudkan untuk hal buruk kok. Makasih untuk komennya. Semoga kita bisa selalu saling berbagi pemikiran ya, juga dengan temen-temen blogger lainnya.


Makasih untuk semua yang udah menyempatkan diri untuk membaca satu lagi coretan gak penting dari saya, panjang banget pulaaaaa. [maaf saya belum sempet BW, lagi busy banget, huhuhu9 >.< ]

Selamat hari Kamis!
Semoga hari ini menyenangkan \^o^/

P.S.: Mohon temen-temen bacanya jangan setengah-setengah ya, kalo bisa dari postingan yang sebelumnya juga. Karena ternyata banyak yang salah paham.. Huhuhu9. Sekali lagi, ini bukan ngomongin tentang pengamen dan pengemis............. Saya lagi ngomongin pendapat saya tentang seorang laki-laki muda dan sehat yang gak bisa nyanyi dan main gitar tapi maksa jadi pengamen, itu yang itu. Jadi banyak yang salah paham gini.... Serius saya gak ngejelek-jelekin pekerjaan sebagai pengamen, saya malah bilang khan di postingan terdahulu kalo aku malah menghargai pengamen yang emang bisa menghibur, yang sungguhan bisa ngamen. Hiks,,, jadi salah lagi deh............ Maaf. Maaf banget kalo ada yang ngerasa gimana-gimana dengan postingan saya ini. Maaf sedalam-dalamnya karena saya emang cuma manusia biasa yang kadang juga salah, ini hanya sekedar curhatan saya aja. Tulisan ini juga bukan mau ngajak berantem siapa-siapa kok, serius. Maaf banget kalo ternyata gak seperti yang saya perkirakan sebelumnya. Maaf.

28 comments:

  1. saluuut sama patlu atau fahmi.. bisa komentar panjaaaaaaaaang bnget, heheee... :D

    kayk buat postingan sendiri kalau komentar, elok engga bisa kayak gitu, pgn bisa..

    :D

    ReplyDelete
  2. gagal pertamax.. :|

    kalo aku sendiri sih setuju sama dua-duanya, aku juga kaya ros, ngga suka sama pengamen atau pengemis karena sekalinya dikasih mereka jadi tuman (duh, bahasa indo nya tuman apa ya).
    dan itu ngga mendidik. tapi selama aku ngga bisa berbuat apa-apa misalnya bikin sekolah gratis atau perpus gratis atau ngasih lapangan pekerjaan buat mereka, toh keberadaanku juga ngga mengubah apa-apa. mereka tetep jadi pengemis atau pengamen. Nah maka dari itu kadang aku ngasih juga, entah ntar dibuat beli apa sama mereka, yang pasti niat nya dari hati adalah infaq. :)

    berkunjung siang ros

    ReplyDelete
  3. huffftt, seruu bacanya :D

    yaaahh hidup memang pilihan, dan kita hidup untuk memilih dan mempertanggung jawabkan pilihan kita itu (komensoktaubangettt) :D

    anyway selamat hari Kamis juga Rosa :)

    ReplyDelete
  4. setuju banget kalo hidup itu adalah pilihan..
    makasih buat posting yang super-panjang tapi asik.. :)

    ReplyDelete
  5. bukan, na.
    aku gak ngomongin pengemis atau pengamen yang emang bisa nyanyi, ini ngomongin si pengamen maksa itu.
    untuk pengemis, aku gak tau harus komen apa, karena emang udah seperti lingkaran tanpa putus2nya kalo dicari akarnya, ruwet.
    dan menurutku kalo si pengemis itu emang udah masuk dalam kategori orang yang pantas mendapat sedekah dan zakat, tapi pengemisnya pun emang yang beneran udah gak bisa kerja sama sekali ya.
    entah lah, ruwet ah mikirin beginian mah.

    ReplyDelete
  6. yap.
    soal membuat sekolah gratis dan perpus gratis itu aku juga setuju.
    tapi kita selalu harus mulai dari hal-hal kecil, lihat sekeliling, dan lebih respek dengan lingkungan.
    karena semua hal besar selalu bermula dari hal kecil.
    ya gak? :)

    ReplyDelete
  7. Pengemis atau Pengamen bukan lah pilihan hidup mereka yg menjalani tapi sebagian dari ke adaan perekonomian mereka...jujur ane jga smpat ngamen dri warung k warung,rumah k rumah dan tmpat2 lainnya itu dikarnakan ane hrus bayar uang kost sendiri..karna duit kiriman ortu hanya cukup byar biaya kuliah ya terpaksa deh ane ngamen..bagi ane pengamen jga kerjaan yg mulia asalkan dijalankan dengan niat yg benar...eh kq jd curhat...hehehe
    Sdih klo ingat waktu ngamen dulu...hikz..hikz

    ReplyDelete
  8. interaksi yg baik...
    perbedaan kadang kala mempererat persahabatan....

    ReplyDelete
  9. wah bagus tuh. berarti emang niat banget kasih perhatian melalui komen. daripada yang cuma bilang, kunjungan siaaaaang... ditunggu kunjungan baliknya ya...

    kalo buat aku sih wajar orang berbeda pemikiran dan itu ga perlu dijadikan masalah. karena apa yang tertulis di blog kan sekedar wacana. semakin banyak wacana berbeda semakin bagus toh..? bikin hidup lebih berwarna. kalo masih ada yang terus berantem apa musuhan, berarti suruh pensiun aja jangan jadi blogger.

    eh ngomong apaan sih ini..?
    hehehe...

    ReplyDelete
  10. huhuhu9
    sekali lagi, ini bukan ngomongin tentang pengamen dan pengemis.............
    aku lagi ngomongin pendapatku tentang seorang laki-laki muda dan sehat yang gak bisa nyanyi dan main gitar tapi maksa jadi pengamen, itu yang itu.
    jadi banyak yang salah paham gini....
    serius aku gak ngejelek-jelekin profesi pengamen, aku malah bilang khan di postingan terdahulu kalo aku malah menghargai pengamen yang emang bisa menghibur, yang sungguhan bisa ngamen.
    hiks,,, jadi salah lagi deh............

    ReplyDelete
  11. aku gaak berantem kok, mas rawin... :(
    astaga, jadi beneran salah deh...
    ini cuma mau bales komennya patlu aja, coz di kota komen kepanjangan.. :(

    ReplyDelete
  12. gile, panjang amet... daripada salah komen, mending aku copy dulu deh, ntar bacanya dirumah, hehe....

    ReplyDelete
  13. hahhahaha,,, si mba ros jadi salah tingkah nih.. hihihi..

    iya-iya aku juga ngerti kok. ilsutrasiny gini kan. kalo misalnya ada pengamen yang emang badannya kurus ceking dan (maaf) cacat tubuhnya, dan yang dia punya cuma suara nya dia aja (banyak tuh di kereta-kereta ekonomi) itu, ros pasti menghargai mereka. berbeda kalau ada anak-anak muda yang masih kuat sehat dan bugar, yang cuma genjreng-genjreng aja. gitu kan ros...

    @arif
    wew... jadi pengen denger ceritanya nih mas,,, diposting dong

    @rawins
    hahahha.. setuju... kunjungan siang,, ditunggu kunjunganbaliknya.. hahaha.. :D

    ReplyDelete
  14. hehehe dapet komen yg kontra yah... hihi aku juga pernah trus setelah kubales orangnya g pernah dtg lagi.. hihihi
    yup aku mengerti sisi pandang ros, tidak ada yg salah hanya beda cara pandang hal yg biasa hehehe
    seperti aku memilih tidak memberi pengamen,peminta2 dijalanan karena aku berpikir juga ni org masi muda, kerja yg lain bisa kok (loper koran,semir sepatu,kuli, dll)

    aku juga pernah ikutan ke penampungan (dinas sosial) disini pebinaan bagi gelandangan n pengamen..aku sih jadi berpikir ketimbang ngasi2 dijalanan, mending ngasi yg disini :)

    Dan emang jengkelin klo kita maem banyaaaakkkk pengamen n pengemis, di bis kota juga, pernah diinjak kakiku krn g ngasih hahaha
    tetep semangat nulis yah ros...^^

    ReplyDelete
  15. Nah loh c teh ros kq jd minta maaf...ane cma sekedar berbagi cerita waktu ane pernah menjalan kn profsi ngamen aja kq teh...entr dweh ane post d blog ane teh...sorry y teh lo ada kesalah pahaman...salam persahabatan..

    ReplyDelete
  16. wah,,lengkap neh ceritanya,,,full artikel neh,hehe
    emang seh , banyak orang yg ngamen dgn berbagai motif, semoga ja para pengamen yg motifnya ga jelas bisa berubah profesi ke yang baik,,,

    salam, langit's

    ReplyDelete
  17. Wah panjang banget komennya
    dan dibales lagi
    tapi sungguh keren pemikirannya
    menurut saya tidak menjudge dan tidak mengingatkan
    hanya berpendapat
    begitu juga mbak Rosa
    argumennya jelas..

    keren..

    ReplyDelete
  18. buseeeeet,,,
    panjang bener postingannya...
    komen dulu lah baru baca...
    hehehehe

    ReplyDelete
  19. diskusinya cukup menarik enak dibaca, tadinya saya sempat ingin nimbrung di diskusi tersebut, tapi karena takut keramean jadi Lebih mengarah kepada komentar Lainnya.
    mengenai tuLisan "ros anak emak" hingga muncuLnya diskusi tersebut, coba saya komentari seperti di bawah ini.

    kedua haL ada, yakni satu sisi yang memang sebagai profesinya karena pemaLas dan satu sisi Lagi adaLah memang karena daLam keadaan terpaksa.
    kaLau saya cermati tuLisannya "ros anak emak" (yang kemarin), beLiau membahas mengenai perbandingan antara sikap seorang pengemis/pengamen yang karena profesinya dengan perjuangan seorang renta yang tidak ingin menjadi pengemis/pengamen.
    Lebih jauh Lagi mengenai kedua pendapat tersebut, saya kira karena adanya ketidaksepahaman antara maksud dan tujuan yang sedang dibahas (saLah paham), tepatnya hanya mengisi pada masing-masing sisinya saja.

    btw, ros punya tahi LaLat di sekitar bibir yah?. soaLnya kaLo nuLis (ngobroL) suka over dosis, hihihi... piss ach.
    seLamet maLem jumatan aja. dateng enggak dijemput, puLang enggak dianter. anterin dooong...

    ReplyDelete
  20. Seneng liat anak2 muda udh peduli sm kondisi lingkungannya, mustinya jadi mentri sosial nih nanti ya, amiin :)

    ReplyDelete
  21. Wah komen bisa panjang begitu

    ReplyDelete
  22. WOW...PANJANG BANGET POSTINGANNYA,,,,http://i756.photobucket.com/albums/xx209/Gudang-Info/blogger/emo_union/ok.gif

    ReplyDelete
  23. xixixixixixixi....saya jadi malu...
    thanks to mbak ros,,,

    sayah setuju dengan mbak ros,,,
    bahwa sesuatu yang besar itu bermula dari hal yang kecil,,,

    kita memang berbeda,,perbedaan konsep yang sbenarnya bertujuan sama ---> membantu si pengamen yang masih gagah dan sehat.

    sayah membantu mereka dengan cara memberi sedikit uang yang sayah punya,,,

    dan mbak ros membantu mereka dengan cara tidak memberi uang kepada mereka.
    "mereka" yang di maksud disini adalah laki-laki muda dan sehat yang gak bisa nyanyi dan main gitar tapi maksa jadi pengamen. (biar ga banyak yang salah paham juga)


    mbak ros dengan caranya,,,
    dan sayah dengan cara sayah,,,
    toh pada dasarnya sayah dan mbak ros ini sama2 punya niat membantu,,,

    sebenarnya sayah masih pengen berdiskusi tentang hal ini,,,

    tapi klo lewat komentar,,,aduh,duh, duh,,,,terlalu panjang,,,
    nanti sayah tulis di blog sayah saja,,,

    yang terakhir,,,
    sayah juga setuju sama mbak ros,,,bahwa hidup adalah pilihan.
    saperti sayah yang memilih untuk menjadi penjaga kios dibandingkan menjadi direktur PEERTAMINAXX....xixixixixixi

    begitu juga mbak ros dengan pilihan hidupnya,,,
    begitu juga bapak sayah,,,begitu juga ibu sayah,,,begitu juga kakak sayah,,,

    dan terakhir begitu juga mereka semua...

    maaf mbak ros,,,klo terlalu panjang....

    thanks mbak ros,,,
    dan selamat hari jumat ya...

    ReplyDelete
  24. Hehehehe.....lagi berbalas pantun yah Say? Yang komen panjang, yang bales pun panjang. tapi apapun itu, setiap orang kan punya pendapat masing2, dan harus saling menghargai.

    Oya, bener banget hidup adalah sebuah pilihan. Tinggal kita yang memutuskan mau menjalaninya seperti apa :-)

    ReplyDelete
  25. salam kenal makasih infonya

    ReplyDelete
  26. salam kenal makasih infonya

    ReplyDelete
  27. salam kenal makasih infonya

    ReplyDelete

Makasi udah baca ocehanku ini, apalagi kalau mau ninggalin komen, hehe.. ^^