Wednesday 23 June 2010

Il N'y a Pas Parfait*, Calista.


"Waaaw.. keren euy. Punya lu, Ta? Gue kira tadi lu bawa apaan, Ta.. ternyata..” tanya Aldwin kaget pada Calista yang baru saja mengeluarkan teropong bintang Bushnell Northstar 1550 x 127mm yang baru saja dikeluarkan dari kotaknya. Aldwin langsung saja membantu Calista memasang tripod untuk kemudian mulai sibuk mengatur focus lensa agar tepat.

“Hmm, iya, kado ultah kemarin..” jawab Calista acuh, berusaha tetap fokus pada kegiatannya.


“Kado ultah? Dari siapa?” Aldwin yang sedari tadi ikutan sibuk memperhatikan teropong yang sedang diutak-atik Calista, tiba-tiba berhenti, bertanya menyelidik dengan dahi terlipat. Berpikir siapakah orang yang begitu baik hati yang sudah memberikan teropong bintang mahal tersebut kepada Calista sebagai kado ulang tahun.


“Eh? Umm, dari.. dari papa. Papa kasih ini kemarin. Kado lu mana? Kok gak kasih gue kado?” Calista yang kaget dengan pertanyaan Aldwin asal saja berbohong malah balik bertanya soal kado dari Aldwin. Dia tak mungkin jujur pada Aldwin tentang ini. Tak mungkin mengatakan padanya kalau teropong bintang itu, yang sudah sejak lama dia inginkan, bukanlah kado ulangtahun dari papanya. Sudahlah, Calista sedang tak ingin memikirkannya. Terlebih saat ini, saat dia melakukan kegiatan rutin tiap dua bulan naik gunung bersama Aldwin. Dan pendakian kali ini termasuk yang teristimewa, karena pendakian ini merupakan perayaan ulangtahunnya. Dia tak ingin merusak pendakian istimewa ini dengan memikirkan masalah itu. Mungkin besok atau lusa masalah itu dia beri tempat sejenak mampir dalam kepalanya yang sudah penuh dengan berbagai hal itu.




“Gue bawa kok. Nah, ini… tapi jangan dibandingin sama teropong bintang itu ya. Hehe..” Aldwin tertawa renyah sambil menyerahkan kado yang dibungkus rapi dengan kertas berwarna biru laut, warna kesukaan Calista.

“Apa nih?” tanya Calista sambil terburu-buru merobek bungkus kado biru laut.


“Aldwiiinnn…! Makasi banyak yaaa… Haa, akhirnya gue punya juga nih, lengkap deh koleksi gue..” Calista teriak kegirangan sambil memeluk dua buah buku yang kini jadi miliknya. Yang satu adalah Petir karangan Dewi Lestari, yang akhirnya menggenapi KPBJ dan Akar dari Trilogi Supernova-nya. Sudah lama sekali Calista mencari buku itu, tapi tak pernah mendapatkannya. Ya, dia memang terlambat menyukainya, saat buku-buku tersebut sudah tak beredar lagi di toko buku. Yang satunya? Itu adalah buku rahasia antara Calista dan Aldwin, sudah tiga tahun sejak mereka mencari buku itu,tapi tak pernah berjodoh bertemu.

“Sama-sama, Ta..” balas Aldwin pendek sambil kembali menekuni teropong bintang Calista.


“Ta, lihat sini deh… ada rasi kesukaan lu nih..” teriak Aldwin sembari memberi tempat pada Calista supaya dapat melihat rasi bintang favoritnya. Calista tak perlu diteriaki dua kali langsung mengambil alih teropong bintangnya untuk sedetik kemudian berteriak tercekat karena berhasil melihat rasi bintang Orion yang amat cantik malam ini. Langit sedang berbaik hati, cerah sepanjang hari hingga malam.

"Bagus banget, Win.. Sirius kelihatan jelas..."

"Yahh, khan emang Sirius tu bintang paling terang, jadi wajar aja, wekz.." kata Aldwin jahil meledek Calista yang masih terkagum-kagum.


"Ya makanya. Lagian sebenernya sih yang penting lebih terang Sirius gue dibanding Canopus kesayangan lu itu, diluar dari kenyataan dia emang bintang paling terang. Haha9.." Calista yang tak pernah mau kalah dari Aldwin ganti meledek.

"Baiklah, nona paling keren yang gak pernah mau ngalah." sahut Aldwin dengan nada mengejek Calista yang sudah siap-siap menimpuknya dengan kerikil.

"Tapi akhir tahun lalu gue lihat Canopus bersinar terang banget, Ta. Bagus deh...."

"Ah yaa, waktu lu lagi di Adelaide, tempat yang pas banget buat lihat Canopus."


"Gak, lebih pas kalo di Melbourne.. tepat di 37 derajat lintang selatan, tempat dimana Canopus jadi bintang yang gak pernah tenggelam, bintang sirkumpolar. Kalo Adelaide khan masih 35 derajat lintang selatan, Ta."

"Ya ya ya, dimana aja deh ya, tuan paling tepat dalam segala hal.." balas Calista malas sambil kembali duduk menjeplak di bawah langit cerah, merasai sejuknya angin.

Setelahnya Aldwin ikutan duduk di samping Calista, menjeplak di atas tanah, memandangi langit cerah dengan mata telanjang. Pendakian kali ini entah sudah menjadi pendakian yang keberapa bersama Calista. Ya, mereka sudah terbiasa mendaki bersama sejak masih kuliah. Aldwin mengambil gitarnya, mengutak-atik sebentar, mencari nada untuk kemudian memainkannya sambil bernyanyi, seperti biasa.


"Ini,, untuk Calista, Calista yang tercantik, seperti namanya.. Selamat ulang tahun, walopun telat seminggu hehe, semoga kebaikan dan kebahagiaan selalu menyertai. It's All About You, Ta.. ehem ehem.." pembukaan dari Aldwin yang membuat pipi Calista bersemu merah jambu.


It's all about you..
It's all about you, baby...
It's all about you..
It's all about you, baby...

Yesterday, you asked me something I thought you knew.
So I told you with a smile 'It's all about you'
Then you whispered in my ear and you told me too,
Say 'If you make my life worthwhile, it's all about you'

Aldwin mulai bernyanyi, petikan gitar mengiringi suara seraknya pelan-pelan memenuhi udara, bersaing dengan bebunyian malam lainnya di sekitar puncak gunung Rinjani. Calista takjim mendengarkannya, sesekali bahkan ikut bernyanyi. Hari ini begitu indah membuat Calista tersenyum sepanjang hari. Sore tadi mereka berhasil menyaksikan indahnya matahari tumbang dari puncak Rinjani. Malam ini pun begitu indah, dan besok pagi mereka akan turun untuk kemudian mampir sebentar untuk menyelam di Segara Anakan. Calista bakal ngambek kalau rencana menyelam mereka dibatalkan. Ya, Calista memang lebih suka menyelam dibanding mendaki, berkebalikan dengan Aldwin yang amat hobi mendaki. Itulah mengapa tiap kali mereka mendaki, pasti disempatkan juga menyambangi laut atau danau terdekat untuk menyelam. Kalau tidak, hmmm, Calista pasti mogok bicara selama seminggu.

"Gue sayang lu, Ta.." kalimat Aldwin persis setelah petikan terakhirnya. Membuat Calista yang sedari tadi begitu menikmati alunan merdu petikan gitar terlonjak kaget dan tak sempat memberikan tepuk tangan.

"Jelasss, kita udah kenal berapa tahun, Win. Kalo gak sayang sih kelewatann..! Haha.." Calista tertawa hambar, mencoba mengalihkan arah pembicaraan Aldwin sambil menatap ke atas. Calista tahu persis bukan itu yang dimaksud oleh Aldwin. Tapi dia sedang tak ingin membicarakannya. Bukan, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan ini semua, Calista membatin, bukan sekarang. Langit cerah berbintang dengan bulan yang menyabit merupakan sebuah pemandangan yang amat indah. Orkestra malam kini terdengar jelas tanpa saingan. Suasana yang amat mahal bila harus ditukar dengan pembicaraan yang memang selalu dihindari Calista. Aldwin urung melanjutkan percakapan, mungkin bukan waktu yang tepat. Tak ada lagi yang bicara. Hanya orkestra malam dan desau angin yang lembut membelai mereka, sejuk.

Aldwin, laki-laki yang dikenal Calista sejak semester pertama kuliah. Langsung merasa cocok karena sama-sama suka berpetualang kesana kesini, jalan-jalan lebih tepatnya. Juga banyak kesamaan dalam banyak hal lainnya. Aldwin yang suka main PS, Calista yang juga keranjingan game Guitar Hero jadi merasa punya lawan yang sebanding, meski Aldwin masih saja suka memaksanya bermain Winning Eleven. Calista yang selama ini selalu susah mengajak teman-teman ceweknya pergi menyelam langsung mendapat anggukan setuju tanpa berpikir dari Aldwin yang emang hobi mendaki juga menyelam. Aldwin yang selalu saja bisa membuat Calista tertawa dengan berbagai macam lelucon konyolnya. Dan Calista yang mudah tertawa membuat Aldwin senang tiap kali melihatnya.

Lalu, mengapa Calista tak bisa menerima pengakuan Aldwin?

*****

P.S.: Lagi-lagi, ini hanyalah cerita fiksi, rekaan saya aja. Ah, lagi-lagi untuk sekali lagi, tentang cinta [kapan yak saya nulis hal lain? huahahaha9]. Dan ini saya potong jadi [mungkin] tiga part, nah ini part satunya. So, bacanya gak capek lagi deh, gak panjang khan.. heheu.. :)

*Il n'y a pas parfait = tak ada yang sempurna.

22 comments:

  1. Wuaaaaaa... iyaa emang ngga panjang tapi penasaran mbaaaak... :?

    Pengeeeen liat bintang di punca gunung gitu deh.. senadainya Calista itu aku.. hahaha.. *ngarep mode on :))

    ReplyDelete
  2. kenapa bukan dari pengalaman pribadi ? hehehe btw salute bisa mewujudkan hayalan dalam bentuk cerpen :)

    ReplyDelete
  3. pengalaman pribadi dong,k..^^ hehehehe

    ReplyDelete
  4. wew, ceritanya seru menarik
    ditunggu lo part 2 nya

    ReplyDelete
  5. hihi, abisan kalo gak ditulis P.S. kayak gitu pasti semua nyangkanya yang ditulis pengalaman pribadi sih, heu.. :p

    jadi sengaja deh ditulis gitu, gak semua yang ditulis itu fakta dan gak semua cerita itu hanyalah fiksi, nah loooh....

    ReplyDelete
  6. yaah bersambung :?

    seru.. seneng deh , nambah satu lagi temen yang pinter nulis.

    ^__________^

    mkashy buat kunjungan dan komentarnyaa mbaaa... :D

    ReplyDelete
  7. Jadi penasaran pengen baca lanjutannya.... :-)

    ReplyDelete
  8. Kenapa Calista gak mau jujur tentang si pemberi teropong bintang ya...? :o)

    ReplyDelete
  9. wii.. cerpen ya.. di ctrl+d dulu ah, besok pagi bacanya.. hehehe.. :-)

    ReplyDelete
  10. hehehe..selalu bnyak ide yah ros... semangattt!!!!
    aku komentar soal buku ja :karangan dee pa lagi akar makin enggak paham aku bacanya hahaha terlalu berat untuk otakku yg sudah terbebani..

    ReplyDelete
  11. Yaaa,,uda seru2nya baca,,malah bersambung...kapan lanjutannya??gak sabar euy,kburu lupa..hehe

    ReplyDelete
  12. Kok komennya gak masuk ya??
    Knapa brsambung?

    ReplyDelete
  13. lama aku membaca postinganmu biar tau arti dari judulnya ternyata di paling bawah ada tulisannya.hehe
    ini dari bahasa apa ya..?

    ReplyDelete
  14. saya kopi lagi ya!!!!!! hehe.. ^_^
    :))

    ReplyDelete
  15. takut ada yang kompLen yah kaLo bikin postingan suka kepanjangan, hakhakhakhak... piss ach (canda-red).

    mohon maaf agak teLat ngabsen nih.
    seLamat pagi, seLamat menjaLankan aktifitas dan saLam sukses seLaLu.

    ReplyDelete
  16. aku sukaaaa,,,
    ayooo kapan posting lagi,, heheheh

    ReplyDelete
  17. :hi :-) :^) :s):D:o):thx:B):))J:):-J:x:((:|:(:iq:#:?#-o:@J:P:o:-o

    ReplyDelete
  18. Saya kira ini kisah nyata,
    Eh..pas baca tulisan p.s dibawah, ternyata hanya cerita fiksi toh, hehehhe...
    Tapi keren ceritanya :)

    ReplyDelete
  19. Xixiix...akhirnya gak terlalu panjang postingannya, heheh...
    Oh..ya, ditunggu part 2 dan 3 yah :)

    ReplyDelete
  20. selamat sore, semuaa...

    part duanya udah dipoasting, silahkan dibaca kalau mau.. :-)

    ReplyDelete

Makasi udah baca ocehanku ini, apalagi kalau mau ninggalin komen, hehe.. ^^