Tengah malam dan mataku masih nyalang menekuri tiap jengkal langit-langit kamarku yang sebenarnya sama sekali tak menarik itu. Lihat saja, hanya sebidang plafon berwarna putih membosankan dengan sebuah lampu halogen menggantung tepat di tengahnya. Jauh dari kata menarik. Jujur saja. Tapi itulah yang kulakukan.
Tepatnya sejak tadi terakhir kalimat perpisahan yang menutup perbincangan elektronik kita. Terakhir kamu bertanya tentang lagu apa yang kira-kira enak didengar untuk pengantar tidur malam ini. Alih-alih menjawab lagu apa, aku malah mengatakan akan tidur sambil memikirkanmu saja. Yang malah kamu tertawakan.
Nyatanya, aku malah sungguhan memikirkanmu. Padahal sudah lewat tiga puluh menit sejak kita berpisah tadi. Memikirkanmu saja tanpa ada kejelasan tentangmu yang mana yang ku pikirkan. Aku juga tak mengerti. Tak mengerti juga untuk apa atau mengapa. Kamu hanya ada di sana saja, mengetuk-ngetuk, bolak-balik, atau malah diam saja di sudut. Tapi kamu ada di sana, di pikiranku yang sampai sekarang berhasil membuatku tetap terjaga, menekuri langit-langit kamarku yang sama sekali tak menarik. Padahal mungkin kamu yang nyata sudah terlelap sejak tadi.
Ah.. Aku juga sudah mulai mengantuk. Bolehkah aku tidur saja? Oh satu kali ini biarkan aku tidur tanpa mimpi. Tolong kamu diam saja di tempatmu, di sudut pikiranku. Tak perlu muncul tiba-tiba dan mengagetkanku dalam mimpi lagi seperti yang sering kamu lakukan akhir-akhir ini. Terima kasih bila kamu mau mengerti.
Nah selamat tidur, kamu.
No comments:
Post a Comment
Makasi udah baca ocehanku ini, apalagi kalau mau ninggalin komen, hehe.. ^^